Hasrat memuncak, tertutuplah pintu rapat-rapat.
Matanya mengerling merdu. Terkembang senyum manis madu. Wewangian berbaur mesra dengan engah nafas yang memburu. Beberapa berkas cahaya yang masih diam berdekam di beberapa sudut ruang yang harusnya gulita setelah tertutupnya pintu itu memberikan colour grading yang sempurna di sisi-sisi tubuh dan wajahnya, begitu ayu.
"Kemarilah", ujarnya. Tak lagi hirau malu.
"Ma'aadzallaah. Aku berlindung pada Allah", tolak sang pemuda yang sedang berdua dengan wanita yang bahkan desah nafasnya pun begitu menggoda.
Betapa tidak ia digoda. Parasnya memang teramat rupawan, akhlaknya teramat menawan. Ia bak madu dingin dalam cawan. Semua berebut meneguknya. Beberapa bahkan tak lagi menganggapnya sebagai manusia, "Maha Sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Ini benar-benar malaikat yang mulia"
Namun, fitrahnya sebagai pemuda membuatnya sempat sedikit tertarik untuk "melakukannya" jua. Dan seketika itu Allah SWT memalingkannya. Begitu cepat. Jadilah ia berlari menjauh hingga terkoyak baju bagian belakangnya, karena wanita yang sudah dikuasai memburunya nafsu itu tak rela melepasnya.
*****
Masih di surat Yusuf, surat yang beberapa ayatnya terus membuat saya malu dengan diri saya sendiri tiap kali membacanya (kalau lagi fokus).
Betapa tidak, kesempatan sedemikian rupa sudah didepan mata, dan Yusuf lebih memilih untuk lari daripada memperturutkan keinginannya. Ini juga bukan hanya tentang kesempatan, namun juga sebuah tekanan. Tekanan dari rasa sungkan karena selama ini, Yusuf alaihissalam tinggal dirumah itu dan wanita tersebutlah yang membesarkan dan merawatnya setelah Yusuf as dibeli dengan harga murah dari kafilah yang menemukannya di dasar sumur. Bertingkat-tingkatlah beban yang seharusnya mampu memposisikan Yusuf untuk menuruti keinginan sang wanita.
Ah betapa malunya saya yang justru menjadi kebalikan dari apa yang dilakukan Yusuf alaihissalam. Bagaimana tidak? Yusuf mampu bertahan dari godaan sedemikian rupa. Lah, saya malah mencari-cari kesempatan untuk menggoda.
"Iyakah? Bukannya kamu kalau ketemu wanita selalu kaku ya?"
Nggak percaya? Saya sering kok nggoda-nggoda wanita. Namun nggodanya ya gitu-gitu aja di situasi yang kurang lebih seperti itu juga.
Kurang lebih seperti ini.
Saya : "Ayolah, plis. Mau yaa mau yaa?"
Dia : "Jangan mas, jangaaan"
Saya : "Ayolah, masak kamu juga nggak kepengen sih?"
Dia : "Emmmmmm"
Saya : "Mau ya mau yaaa?"
Dia : "Nanti kalau ketahuan, saya bisa dimarahi banyak orang"
Saya : "Kita hadapi bersama"
Dia : "Iya, nanti yang enak kamu, Mas. Saya yang sengsara setelahnya"
Saya : "Masak sih nggak bisa? sedikiiit saja"
Dia : "Kalau maksa ngrayu buat nurunin harga, sana ke pasar mas!"
Saya : "Jadi mbak nggak mau ngasih potongan harga ya?"
Dia : "Mau, tapi mas harus punya kartu member"
Saya : "Oh ada, sebentar.... Ini"
Dia : "Kartu member Mas Toga mana bisa dipake di sini. Sini kan Gramedina -_-"
Saya : "Oh nggak bisa ya, kalo bukunya nggak pake kantung plastik, apa bisa dapat potongan harga?"
Dia : "Dapat mas. Potong bebek angsa sana!!! *sambil menggigit bantal*"
Yah begitulah godaan saya yang akhirnya gagal juga.
*****'
Mengenai "ketertarikan" Yusuf untuk "melakukannya", saya lebih setuju dengan apa yang disampaikan oleh Syaikh Subhi saat talaqqi, bahwa "tertarik" disitu bukan diartikan sebagai "tertarik" untuk melakukannya. Namun "tertarik" untuk mendorong wanita itu sehingga Yusuf memiliki kesempatan untuk melarikan diri. Wallahu a'lam.
Mengenai "ketertarikan" Yusuf untuk "melakukannya", saya lebih setuju dengan apa yang disampaikan oleh Syaikh Subhi saat talaqqi, bahwa "tertarik" disitu bukan diartikan sebagai "tertarik" untuk melakukannya. Namun "tertarik" untuk mendorong wanita itu sehingga Yusuf memiliki kesempatan untuk melarikan diri. Wallahu a'lam.
*Mungkin, anda pernah membaca beberapa potong kalimat serupa seperti yang saya tulis diatas. Saya memang pernah mempostingnya di salah satu media online, namun dengan bahasan yang berbeda.


Tulisanmu ra tau serius. Jan podo wes karo seng nulis
ReplyDeleteWahaa swantay lah bos
DeleteAlah kaku piye. Pencitraan tadz?
ReplyDeleteHahaha jelas bos mau pilpres yo hatus pencitraan hahahaha
DeleteDitunggu tulisannya dalam bentuk buku
ReplyDeleteMohin doanya ya :)
DeleteMay Allah bless you always
ReplyDeleteAamiin :)
DeleteStres stress setresss!!! Mas toga gramedina dan lain lain
ReplyDeleteEnding tulisan tulisan mu mesti mbangkeli bikin sebal! Setres!