Wednesday, May 11, 2016

Perpecahan Bisa Berawal Dari Telapak Tangan!

11

*Cerita yang tersaji dibawah ini adalah perpaduan antara cerita asli dan fiksi*

Suatu hari, seseorang melihat telapak tangan saya. Sebut saja namanya Nganu. Dimana kemudian ia terkejut setelah melihat telapak tangan kiri saya.

Biasane, garis telapak tangan kiri itu membentuk angka 81 (dalam angka arab) dan telapak tangan kanan itu membentuk angka 18 (dalam angka arab pula). Jadi lak dijumlah hasilnya 99, sesuai dengan asma Gusti Alloh” , paparnya setelah melihat telapak tangan kiri saya yang garis-garisnya hanya menampilkan angka 8 (tentunya dalam angka arab)



“paling-paling, kamu bukan orang islam yo? Awas ibadahmu gak dapet pahala gara gara tanganmu gitu”, tambahnya. Saya jadi merinding. Jangan-jangan benar apa yang ia ucapkan. Saya bersyahadat ulang, tiga kali malahan, sambil berharap Tuhan mengubah garis tangan saya keesokan harinya. Ternyata tidak berubah. Saya memperbanyak syahadat saya. ternyata tidak berubah juga. Beberapa hari kemudian saya menyerah.

Sejak saat itu, saya memeriksa garis tangan hampir setiap teman yang saya temui. Dan benarlah rupanya. Semuanya bergariskan angka 81 dan 18. Bahkan teman saya yang beragama lain pun demikian, garis kedua telapak tangan mereka berjumlah 99! Apa jangan-jangan mereka nanti ditakdirkan masuk Islam?

Saya menanyakannya ulang pada seorang teman yang lain. Sebut saja namanya Bento.

ngunu kui tangan kananmu berarti diciptakan nggo wiritan, dan tangan kirimu diciptakan nggo ngloco”, jawabnya enteng, sambil memperagakan tangan kiri yang seakan memompa sesuatu  didepan resleting celananya. Jawaban tersebut tak pelak membuat pisuhan khas saya meluncur begitu saja. Jangkrik kowe To!

*ngloco adalah bahasa kedaerahan. Tiap daerah memiliki istilah tersendiri untuk kegiatan ini. Biasanya disebut dengan coli, ada pula yang menyebutnya dengan conang. Kalau belum tahu, jangan mencoba mencari tahu. Yang tau tolong jangan pernah melakukan kegiatan ini! Ndak apik, ndak ilok, ndak sehat!

Beberapa tahun kemudian, saya akhirnya menyadari bahwa apa yang dikatakan teman-teman saya terbukti

hah? Terbukti? Berarti bener awakmu bukan wong Islam? Atau terbukti lak  tangan kirimu itu diciptakan nggo ngloco?”

Sek talah, jangan memotong dulu.

Ternyata apa yang dikatakan Nganu dan Bento terbukti salah!

“Salah? Opo jangan-jangan kowe ngloco nggo tangan kanan pisan?”

Jangkrik! Menengo disik! Diam dulu!

Bagaimana dengan muslim yang tidak memiliki tangan? Atau tangannya hancur karena ikut berjihad misalkan? Apakah mereka bisa ngloco? Apakah mereka bukan orang islam hanya karena ketidak-99-an jumlah garis telapak tangan mereka? Apakah ada dalil yang menyatakan bahwa bentuk tubuhmu adalah penentu keislaman dan keselamatanmu kelak?

Mengutip kata-kata si Antum,”Sungguh, perkataan mengenai garis tangan itu adalah bid’ah ! wa kullu bid’atin dholalah! Nabi SAW nggak pernah mencontohkan hal itu!



Nganu dan Bento yang nggak terima dikatain bid’ah, meng-counter pernyataan tersebut, “Dikit-dikit bid’ah. Kowe pakek laptop dan hp nggo ngloco apa itu bukan bid’ah? Mikir!”

Si Antum membalas dengan teduh, “Bid’ah itu dalam urusan ibadah Akh, bukan urusan dunia, apalagi nggo ngloco”

Si Nganu dan Bento yang gak terima akhirnya mengajak si Antum debat keagamaan.

Debat selesai, namun ketidakpuasan masih menyelimuti perasaan kedua kubu.

Keeseokan harinya, keduanya bentrok membawa massa masing-masing.

Media-media diuntungkan. Mereka mulai mengadu domba agar konflik tak segera usai.

Yang Islam saling bunuh-bunuhan, mempersoalkan bid’ah bid’ah dan sejenisnya. Sementara kaum Kapirin dan bangsa Wahyudi semakin merajalela menguasai perekonomian dunia.

Modyar kowe!


Dalam menyikapi sebuah berita, cerita tersebut membagi masyarakat kita menjadi beberapa kelompok  

1. Kelompok yang menyebarkan berita tanpa sumber valid. Dimana berita tersebut biasanya membawa satu-dua bukti (biasanya berbentuk hal-hal yang menyangkut religi) untuk melegitimasi pernyataan.

2. Kelompok yang mudah percaya dengan berita-berita yang berbuktikan hal apapun yang menyangkut religi. Lalu mereka mulai ikut-ikut menyebarkan dan mempraktekkan tanpa melihat sumber

3. Kelompok yang agak sadar. Menjadikan berita-berita tersebut sebagai guyonan, seperti yang dilakukan si Bento.

4. Kelompok sok intelek. Menanyakan berbagai hal bertubi-tubi tanpa mau melihat dulu keseluruhan berita.

5. Kelompok yang sadar. Merenung sekian lama, mengecek berita, menemukan berbagai macam dalil penguat, bertanya kemana kemari. Akhirnya dapat menarik kesimpulan benar salahnya sebuah berita.

6. Kelompok yang suka membid’ah bid’ahkan. *ngapain kelompok ini masuk?

7. Kelompok yang gak terima di bid’ah bid’ahkan. *ngapain juga ini dimasukkan?

8. Media. Coba lihat sebuah halaman Mainstream Media Indonesia di fb untuk melihat betapa bahayanya media.

9. Sayangnya saya belum menemukan masyarakat yang ingin menguasai perekonomian dunia seperti bangsa Wahyudi.

Termasuk yang manakah kita, sayang?

"Coba saja tanya kepada rumput yang bergoyang, woo wo wooo", belahan hati saya menjawabnya dengan sebuah lagu.



Ah suaramu memang selalu terdengar merdu, sayang *talk to nokia 110

Oh ya, masih nggak percaya kalo telapak tangan bisa menimbulkan perpecahan?

Mmmm, coba aja buka telapak tangan lebar-lebar, lalu ambil sebuah gelas kaca. Lemparkan.

Pecah to? 

11 comments:

  1. trae gendeng awmu mus :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku wong seng mbok tulari gendengmu hahahahaha

      Delete
  2. kaatanya sakit? kok masih sempet nulis?

    ReplyDelete
  3. Garis tangan itu bisa berubah. Dan sebenarnya, dari pandangan palmistry itu dikenal sebagai sebuah penyimpangan. Garis itu disebut garis Simian.

    Sebuah pemikiran dalam-menunjukkan cara lain kerja otak si penulis :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hah benarkah begitu? yes akhirnya!!

      Kenapa dg kerja otak saya? :D

      Delete
  4. Jadi kesimpulannya jangan suka mengatakan sesuatu dengan sembrono apalagi yang tidak jelas asal-usulnya, dalil, ayat,dsb. Dan juga jangan langsug menelan mentah perkataan orang sebelum dikunyah atau sebelum mencari tau kebenaran dari perkataannya.
    hem ada-ada aja ini samean mas....
    emang ada yang bilang kaya gitu ya?

    ReplyDelete
  5. oh ya dlam bahasa agama dikenal dgn istilah "tabayyun"
    (kroscek dulu) dlm menganalisa sebuah berita.
    yg ini ckup kocak, vulgar dan apik, istamir...

    ReplyDelete