![]() |
Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja (al Insyiqaq : 16) |
*saya tidak berniat untuk mengaitkan caption foto dengan isi tulisan.
Selamat membaca :)
***
Dia berjalan semakin menjauh. Sebenarnya aku tak tega, namun aku lebih tak tega pada kondisi diriku yang akan tersiksa jikalau ia sampai benar-benar pergi meninggalkanku.
Baik. Sekarang atau tidak sama sekali!
Kuberanikan diri memanggilnya, dia yang berkerudung merah jingga.
"Hai"
Ia tak menoleh sedikitpun
"Mbaak!"
Ia mulai membalik badannya. Kepadaku, terpicing tajam kedua matanya.
"Mbak, anu... anda belum bayar lukisan langit yang baru saja mbak beli dari saya!", aku setengah berteriak sembari tertawa.
Ia lantas berjalan mendekat padaku malu-malu, rona wajahnya menyenja, semerah jingga kerudungnya.
Begitu konyol kisah awal perjumpaanku dengannya
***
Barangkali, sepotong senja bukan hanya seberkas nur. Ia juga selaksa kedip mata jelita haur yang mencipta merah bilur disetiap apapun yang dilaluinya. Semenjana merona, menggoda derana. Sipunya membasuh luruh lara.
Sore ini, sepertinya senja datang hanya untuk mencari selendang, lalu kembali terbang pulang. Tak ingin berlama-lama dibumi, ia takut Jaka Tarub kembali menyakiti.
Sekalipun pernah disakiti, senja selalu berbaik hati. Kau juga boleh berbaik hati padanya dengan menyuguhkan secangkir kopi. Namun tentu saja ia akan menolak, karena secangkir kopi terlalu banyak, sedang waktunya hanya sejenak. Ia akan segera tiada kala kau tengah mendendang cerita. Ia akan pergi begitu saja kala kau sibuk mengambil kamera. Lengah sedikit, setolehmu akan mendapatinya mengepakkan sayap, lalu terbang tanpa cicit.
Hal paling bijak yang dapat kau lakukan adalah tersenyum menyapanya, lalu diamlah. Sudah begitu saja. Entah berdiri, duduk maupun terbaring, cukup diam dan nikmatilah.
***
Aku tau ia benar-benar tak sengaja. Namun ia terus saja memohon agar aku benar-benar memaafkannya.
"Tapi gara-gara aku, lukisan senjamu rusak kan?", ia mendesakku untuk mengakuinya bersalah. Hei, manusa baik dan lembut sepertiku tak mungkinlah mau melakukannya.
"Nggak kok... sepertinya para ahli akan menilai tumpahan kopi ini menimbulkan gradasi warna malam yang sempurna. Sepertinya... hehehe", ujarku ramah-ramah. Aku tak berbohong, barangkali memang ada yang menganggapnya sebagai pemanis gradasi warna. Namun tentu saja bukan diriku yang menganggapnya demikian. Aku hanya mencoba menenangkannya
Ia kembali ceria. Penjelasan yang kubumbui dengan baiknya prasangka sukses menenangkannya. Sekedip mata kemudian, bibirnya mengembang.
Ternyata bukan diatas kanvasku. Adalah rinai senyumnya, senja yang menyempurna.
Degupku mengencang. Sialan. Senyumnya tau saja cara berselip diantara satu degup ke degup lainnya dengan lancang.
***
"Benar, aku amat sangat menyukainya", jawabnya, jelang petang kala itu.
"Aneh, senja hanya begitu-begitu saja. Lantas, apa yang kau suka darinya?", semoga ia memberikan jawaban yang menarik
"Aku juga begini-begini saja. Lantas, apa yang kau suka dariku?", ujarnya, sembari melempar sesimpul senyum manja.
Haha. Jawaban yang benar-benar menarik. Menarik rasa gemas. Ah sudahlah.
Lantas kita hanya berdiam saja, sama-sama meneduhkan pandang pada senja.
Kau melihat langit, ke ufuk pucuknya, peraduannya mengangkasa.
Sedang aku, menikmati senja yang berdekam malu-malu dibawah lengkung pelangi dua alismu.
_________________________________________________
*bersambung di Serenjana Senja II (bisa di klik)
*ada ide untuk nama pemeran kali ini?
Supaidi dan Sukarmini
ReplyDeleteHehehe bagus bagus. Hanyasaja selera orang berbeda beda wkwkwk :D
DeleteAneh, senja hanya begitu-begitu saja. Lantas, apa yang kau suka darinya?
ReplyDeleteMau jawaban saya apa jawaban tokoh dlm cerita?
DeleteJawaban penulis, karena jawaban mereka akan dijumpai pada cerita selanjutnya
DeleteKarena itu waktu leyeh2 yg penak wkwkwk
DeleteAda syafiq..
ReplyDeletePakek nama anonymous & anonymaus aja hehehhee
Knp mbak um?
DeleteSenja itu manis, mungkin tidak dengan indra perasa...
ReplyDeleteSenja itu indah dengan kesekian banyak psonanya...
senja itu lembut tentu juga tidak dengan indra peraba...
Dan senja mengisyaratkan waktu maghrib telah tiba :D
Iki sopo toh?
DeleteAda typo :D
ReplyDeleteeh kurang huruf se
Bene wesss, gak ngerti aku seng ndi :D
ReplyDeletediksinya jeruu wkwk
ReplyDelete