Sunday, April 22, 2018

Serenjana Senja 1

13

Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja (al Insyiqaq : 16) 

*saya tidak berniat untuk mengaitkan caption foto dengan isi tulisan. 

Selamat membaca :)


***

Dia berjalan semakin menjauh. Sebenarnya aku tak tega, namun aku lebih tak tega pada kondisi diriku yang akan tersiksa jikalau ia sampai benar-benar pergi meninggalkanku.

Baik. Sekarang atau tidak sama sekali!

Kuberanikan diri memanggilnya, dia yang berkerudung merah jingga. 

"Hai"

Ia tak menoleh sedikitpun

"Mbaak!"

Ia mulai membalik badannya. Kepadaku, terpicing tajam kedua matanya.

"Mbak, anu... anda belum bayar lukisan langit yang baru saja mbak beli dari saya!", aku setengah berteriak sembari tertawa.

Ia lantas berjalan mendekat padaku malu-malu, rona wajahnya menyenja, semerah jingga kerudungnya. 

Begitu konyol kisah awal perjumpaanku dengannya

***

Barangkali, sepotong senja bukan hanya seberkas nur. Ia juga selaksa kedip mata jelita haur yang mencipta merah bilur disetiap apapun yang dilaluinya. Semenjana merona, menggoda derana. Sipunya membasuh luruh lara.

Sore ini, sepertinya senja datang hanya untuk mencari selendang, lalu kembali terbang pulang. Tak ingin berlama-lama dibumi, ia takut Jaka Tarub kembali menyakiti.

Sekalipun pernah disakiti, senja selalu berbaik hati. Kau juga boleh berbaik hati padanya dengan menyuguhkan secangkir kopi. Namun tentu saja ia akan menolak, karena secangkir kopi terlalu banyak, sedang waktunya hanya sejenak. Ia akan segera tiada kala kau tengah mendendang cerita. Ia akan pergi begitu saja kala kau sibuk mengambil kamera. Lengah sedikit, setolehmu akan mendapatinya mengepakkan sayap, lalu terbang tanpa cicit.

Hal paling bijak yang dapat kau lakukan adalah tersenyum menyapanya, lalu diamlah. Sudah begitu saja. Entah berdiri, duduk maupun terbaring, cukup diam dan nikmatilah.

***

Aku tau ia benar-benar tak sengaja. Namun ia terus saja memohon agar aku benar-benar memaafkannya.

"Tapi gara-gara aku, lukisan senjamu rusak kan?", ia mendesakku untuk mengakuinya bersalah. Hei, manusa baik dan lembut sepertiku tak mungkinlah mau melakukannya.

"Nggak kok... sepertinya para ahli akan menilai tumpahan kopi ini menimbulkan gradasi warna malam yang sempurna. Sepertinya... hehehe", ujarku ramah-ramah. Aku tak berbohong, barangkali memang ada yang menganggapnya sebagai pemanis gradasi warna. Namun tentu saja bukan diriku yang menganggapnya demikian. Aku hanya mencoba menenangkannya

Ia kembali ceria. Penjelasan yang kubumbui dengan baiknya prasangka sukses menenangkannya. Sekedip mata kemudian, bibirnya mengembang.

Ternyata bukan diatas kanvasku. Adalah rinai senyumnya, senja yang menyempurna.

Degupku mengencang. Sialan. Senyumnya tau saja cara berselip diantara satu degup ke degup lainnya dengan lancang.

***

"Benar, aku amat sangat menyukainya", jawabnya, jelang petang kala itu.

"Aneh, senja hanya begitu-begitu saja. Lantas, apa yang kau suka darinya?", semoga ia memberikan jawaban yang menarik

"Aku juga begini-begini saja. Lantas, apa yang kau suka dariku?", ujarnya, sembari melempar sesimpul senyum manja.

Haha. Jawaban yang benar-benar menarik. Menarik rasa gemas. Ah sudahlah.

Lantas kita hanya berdiam saja, sama-sama meneduhkan pandang pada senja. 

Kau melihat langit, ke ufuk pucuknya, peraduannya mengangkasa. 

Sedang aku, menikmati senja yang berdekam malu-malu dibawah lengkung pelangi dua alismu.

_________________________________________________

*bersambung di Serenjana Senja II (bisa di klik)

*ada ide untuk nama pemeran kali ini?





Sunday, April 15, 2018

Manfaat Belajar Bahasa Isyarat (Yang Mungkin Belum Anda Ketahui)

7

Pelatihan Bahasa Isyarat Bisindo pertama kami pada Desember 2017.


Apa anda pernah melihat orang yang berkomunikasi dengan bahasa isyarat?

Apa anda tertarik untuk mempelajarinya?

Hah? Tidak?

Apa sebab? *bisindostyle

Oalah… Eh jangan salah persepsi dulu. Bahasa isyarat itu seru dan banyak manfaatnya. Mungkin sudah banyak ditulis mengenai manfaat kita belajar bahasa isyarat secara umum (mungkin lo ya :p ). Makanya, disini saya akan mengulas apa saja manfaat kita belajar bahasa isyarat dalam pembahasan yang mungkin belum pernah diulas (sekali lagi, ini cuma kemungkinan lo :D )


1   1. Metode berkomunikasi solutif dalam beberapa kondisi

Sebentar lagi kita memasuki bulan Ramadhan. Tidak bisa dipungkiri bahwasanya bau mulut kita menjadi berkali-kali lipat anunya. "Saat puasa produksi liur (saliva) akan berkurang sehingga bakteri dalam mulut akan lebih mudah berkembang, ini yang kadang menyebabkan mulut menjadi berbau," ungkap Ahli Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Diah M. Utari 

Tentu saja, bau mulut membuat kita kurang percaya diri untuk ngobrol dengan teman-teman kita, apalagi pada calon mertua. Bisa buruk pamor kita dihadapan mereka. Kalau sudah jadi mertua mah tak masalah mana mungkin mertua tega meminta putra/I nya agar bercerai dengan kita hanya karena bau mulut? Tapi kalau iya, ya itu nasib anda wkwkwk

Sabar brooo...



Haha... 


Nah, agar tetap dapat menjaga kepercayaan diri, maka bahasa isyarat menjadi pilihan bahasa yang pas untuk anda gunakan sebagai media berkomunikasi.

Kalau lawan bicara anda tidak bisa bahasa isyarat, maka ini kesempatan bagi anda yang sudah bisa untuk mengajari mereka, atau ajaklah mereka ke pelatihan-pelatihan bahasa isyarat. Ayo buruaaan Mumpung masih ada sisa waktu sekitar satu bulan sebelum Ramadhan tiba.

Sariawan? Sakit gigi? Malas untuk berbicara? Lagi ngunyah pecek tempe hingga susah untuk berbicara? Berbicalah dengan bahasa isyarat. Hehehe


2   2. Sarana melatih otak

Pernah belajar senam otak kanan? Itu loh… yang tangan kanan dan tangan kiri tak menyatu, yang cinta bertepuk sebelah tangan :p

Haha, maaf, bukan itu. Ini lo, yang seperti ini...




Nah, yang itu lo... dimana tangan kanan kita membentuk pola tertentu dan tangan kiri kita membentuk pola yang lain, lalu menganu-nganukannya. Semacam dibuat bergantian tapi di variasikan gitu. Paham ndak? Mbulet ya? ^_^v

Kurang lebih, bahasa isyarat melakukan hal serupa seperti excercise tadi. Iyakan?dengan belajar bahasa isyarat, insyaaAllah kemampuan otak anda akan berkembang. InsyaaAllaah :)

Sebenarnya sih, belajar bahasa apapun membuat otak anda berkembang. Kecuali bahasa(n) kapan lulus S3, kapan nikahi 3 orang, kapan gendong anaknya cicit. Bisa bisa konslet utekmu wkwkwk


3. Sarana mengungkapkan perasaan tanpa ketahuan

Ini cocok bagi anda-anda yang ingin melamar anak orang namun tak tahu harus dari mana memulainya. Mungkin bisa berawal dari isyarat ketap-ketip ke calon mertua. Eh tapi ketap-ketipnya jangan cepat-cepat dan usahakan untuk selalu tersenyum. Karena jika ketap-ketip cepat dengan ekspresi gimanaa gituuu... Bisa-bisa si camer menghampiri  anda sambil membawakan insto dan berkata dengan iba, "kelilipen a, Le?". 

Gagal... gagaaaal...  wkwkwk

Sebentar... Bagaimana jika kita mengungkapkan perasaan pada orang yang ternyata juga bisa berbahasa isyarat? 

Jika iya, mungkin si dia akan bertanya, "benarkah? serius?"

Maka jawab saja, "Saya cuma latihan kok"

"Untuk apa kamu latihan berisyarat akan meminang-minang seperti itu?", balasnya, *mungkin.

"Ehheee... Anu pak... ya untuk melamar putri bapak :) "

Eaaa. Eh tapi jangan ucapkan "eaaa" didepannya. Apalagi pas didepan hidungnya. Mulut anda kan sedang bau wkwkwk.

Bisa-bisaa, nanti anda...



4. Sudahlah. Semakin ngawur nantinya hahaha

Kalam Allah itu indah... Kisah-kisah didalamnya begitu menggugah, pun didalamnya, rahmat dan ampunan limpah tercurah. 

Syariat-syariat-Nya pun indah... hingga apa-apa yang sulit jadi terasa mudah.

Sunnah-sunnah Rasulullaah shallallaahu alaihi wasallam juga begitu indah. Tanya pada siapapun yang tetap meniti jalannya sekalipun selayang pandang, kehidupannya terlihat begitu "tersisksa". Dan 'berkah' akan kau dapati sebagai jawabannya.

Keterbatasan teman-teman tuli dalam mendengar, tentu saja membuat mereka kurang bisa menikmati itu semua. 

Jika bukan kita, siapa lagi yang akan berbagi Islam yang indah ini pada mereka?

Betapa saya kadang teringat mbak Nur dan kawan-kawan sahabat tuli saat saya mendengar alunan murattal Imam Masjidil Haram dan yang lain, "Semerdu dan semenggetarkan ini, pernahkan teman-teman tuli mendengar dan merasakannya?"

Yaa Rabb... Engkau tentu tahu apa yang terbaik. Jika mereka memang benar-benar tak bisa mendengarnya dalam keadaan sadar di dunia, saya ingin sekali agar Engkau hadirkan alunan tersebut dalam mimpi-mimpi mereka... juga di surga kelak, disisi ucapan salam yang akan mereka terima...


5. Barangkali berminat menjadi perantara Kalam-Nya pada mereka

Kami mengadakan pelatihan bahasa isyarat rutin dan gratis yang sudah berjalan sejak Desember 2017 lalu. Hubungi nomor saya di 085230981025 baik dengan sms, telepon, WA maupun Telegram untuk info lebih lanjut. 

Posternya ada di instagram @media_ibka, coba saja scroll-scroll. Maaf tidak bisa saya upload karena adzan ashar sudah berkumandang.

Ohya... Untuk peserta-peserta yang pernah mengikuti pelatihan, Jazaakumullaah ahsanal jazaa' ^_^






Thursday, April 12, 2018

Jalan Cinta

2




"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana" ~Sapardi Djoko Damono
Jalan mencinta kita, tidaklah sama. Seperti halnya Sapardi yang memilih untuk mencintai dengan sederhana, "dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada", lanjut Sapardi dalam selirih puisinya, puisi yang sepertinya sering kita kutip tanpa menyertakan sumber aslinya.

Jalan mencinta kita, tentu saja berbeda-beda. Dan, ada jalan mencinta yang diisyaratkan begitu indah dalam beberapa kisah. Jalan mencinta itu adalah... Berlama-lama.

"Ini adalah tongkatku", jawab Musa alaihissalam, kala ia bertelanjang kaki di Lembah Thuwa dan Allah SWT bertanya mengenai benda yang sedang digenggam tangan kanannya.


"Aku bertumpu padanya", lanjutnya. 

Tak hanya berhenti disitu, ia mencari-cari jawaban agar bisa lebih berlama-lama dengan-Nya, "Dan aku merontokkan dedaunan dengan tongkat itu untuk makanan kambingku". Musa as menambah-nambahi jawaban untuk hal yang tak Allah SWT tanyakan.


Sungguh, Musa as ingin menambahkan jawaban lagi, namun kekakuan lidahnya membuat ia tak bisa mengucapkan satu persatu hal yang terlintas dipikirannya.



"Dan bagiku masih ada manfaat yang lain", ujar Musa as yang masih tak ingin menyelesaikan pembicaraan. 

3 jawaban ditambah 1 jawaban yang meringkas banyak jawaban untuk sebuah pertanyaan sederhana, "apa yang ada di tangan kananmu, wahai Musa?". 

Ada isyarat dalam ayat ini, bahwasanya Musa 'alaihissalam hanya ingin berlama-lama bercakap-cakap dengan Rabbnya.


Tak hanya milik Musa alaihissalam. Terkisah pula bahwasanya berlama-lama adalah jalan yang juga ditempuh oleh Al Musthofa ﷺ.



"Hingga aku berkeinginan untuk melakukan hal buruk. Aku ingin duduk dan meninggalkan Nabi ﷺ", keluh Ibnu Mas'ud, saat ia sholat bersama Rasulullah ﷺ dalam suatu malam.

Betapa Rasul ﷺ berlama-lama berdiri saat sholat tahajjud, hingga salah seorang dari 4 orang yang Rasul ﷺ sarankan pada muslimin untuk belajar Al-Quran pada mereka, Ibnu Mas'ud, berniat meninggalkan beliau.



Pun dengan Nuh alaihissalam yang begitu tahan berlama-lama, berdakwah ratusan tahun lamanya. Berdakwah siang malam, baik secara terang-terangan maupun diam-diam, baik menggunakan bahasa yang lembut hingga doa-doa yang mengancam.

Bagaimana dengan kita? apa jalan kita mencinta-Nya juga sama dengan mereka? berlama-lama?


Barangkali, berlama-lama menonton drama korea, bermain Playstation dan lain-lain juga merupakan cara seseorang untuk mencinta-Nya...


"Haish, bagaimana sih. Ngawur kamu. Mana mungkin mereka-mereka yang menghabiskan waktu dengan hal-hal yang madharatnya jauh lebih banyak dari manfaatnya itu dikatakan sedang melakukan sesuatu untuk mencint-Nya?"


Isik talah, jangan motong pembicaraan. Barangkali mereka memang berlama-lama, namun berlama-lamanya mereka itu membuat mereka bosan, sehingga mereka meninggalkan perbuatan tersebut, bertaubat pada Allah dan tidak mengulanginya lagi, lalu mulai melakukan sesuatu yang jauh lebih bermanfaat dari yang pernah mereka kerjakan, bahkan mungkin jauh lebih bermanfaat dari yang kamu kerjakan.


Mari belajar untuk senantiasa berhusnudzan, kawan :) . Mari perbaiki cara pandang kita dalam menyikapi segala sesuatu, karena bisa jadi apa yang tampak buruk dimata kita, justru menggetarkan arsy dan menuai pujian dari malaikat-malaikat nun mulia. Sedangkan pandangan buruk kita yang merasa lebih baik dari mereka, justru malah menjadi jangkar terlempar di dasar neraka yang membelenggu kita. Na'uudzubillah min dzaalik


Wallaahu a'lam :)

*tulisan warna biru diatas ditulis bukan karena baper akibat laptop dan stick pernah disita. Serius. Haha. Btw tulisan warna birunya bisa di klik loh :)

*edisi mengedit dan reupload tulisan yang pernah saya upload, tapi bukan di blog ini.