"Mojokerto garing, Fiq!", keluh ustadz Syem.
"Garing piye mas?", timpal saya yang sedang ia bonceng menuju terminal Mojokerto.
"Yo garing iku ne, ora koyo ndek Jember", ujarnya, sambil berisyarat pada dua akhwat bersepeda motor yang kami lewati. "Mangkane, cah pengabdian Mojokerto durung ono seng nikah yo amergo kuwi, garing bro!", lanjutnya
Di antara rerimbun oksigen pagi, ditengah lengang jalan pesawahan Mojokerto, saya tak kuasa menahan tawa hingga keluar airmata.
Duh. Monggo-monggooo, bagi yang baca tulisan ini dan merasa memiliki kenalan akhwat Mojokerto dan sekitarnya, bisa nge-share tulisan saya pada mereka.
Saya tidak sedang mencarikan jodoh untuk mereka dengan meminta pada anda untuk nge-share, karena urusan Jodoh sudah diatur oleh yang Kuasa.
Tapi urusan blog pageview, jumlah pengunjung blog dan statistiknya kan beda wkwkwk
***
"Sebenarnya, saya sangat bersyukur dengan batalnya tiket kereta njenengan, Ustadz", terus terang saya saat beberapa yang lain menyesalkannya. "Soalnya, kalau Ustadz jadi naik kereta, mana bisa saya nunut (nebeng)? Kalau gini kan saya selain bisa ke Surabaya dengan hemat, saya juga bisa ikut njenengan ke Mojokerto dulu", tutur saya, mringis, menggaruk-garuk kepala.
"Wah iya, berkah buat kamu ini, Le", jawab Ustadz Abu, disusul dengan tawa kita yang bercampur ria.
Jadi ceritanya, saya diberi misi oleh Pondok untuk nganu (rahasia) di Surabaya. Bertepatan dengan itu, Ustadz Abu ternyata juga punya jadwal mengisi Majlis Qur'an di Mojokerto. Tau akan jadwal beliau, terlintas di hati saya untuk nunut mobil beliau untuk menghemat biaya.
Eh ternyata beliau sudah dipesankan tiket kereta. Tapi ternyata ada beberapa kendala, mulai dari salah pesan hari hingga harus mengganti hari, ada acara yang harus beliau hadiri di hari pengganti, hingga habisnya tiket di jam yang memungkinkan untuk beliau berangkat dengan kereta.
Akhirnya beliau memutuskan untuk naik mobil saja. Yeeey! Alhamdulillaah, Allah mengabulkan lintasan hati saya ^^
Akhirnya Sabtu pagi kami yang terdiri dari Bang Jek, Mamduh, saya dan beliau berangkat ke Mojokerto mengendarai Evalia. Bang Jek driver utama, Mamduh backingnya. Ustadz Abu menjadi navigator, juga sesekali mengemudi untuk memberi kesempatan istirahat pada Bang Jak yang sebenarnya baru saja datang dari Sidoarjo.
Sadar diri tak bisa mengemudi, saya turut mengambil aksi, berpartisipasi dalam perjalanan kami. Sungkan, sudahlah statusnya nunut, ndak ngapa-ngapain lagi. Akhirnya saya mengambil tugas untuk membantu Ustadz Abu menghabiskan camilan beliau, dan membantu driver untuk tetap fokus. Bagaimana caranya? ya saya tidur saja. Dengan saya tidur, saya tak akan mengganggu driver. Dengan driver tak terganggu, ia akan bisa tetap fokus mengemudi.
Ah, dipikir-pikir, betapa vital peran saya di mobil. Sudah-sudah... jangan memuji-muji, saya nggak enak sendiri :p
![]() |
| Pengabdian Mojokerto |
Akhirnya kami sampai di Ibka 4 Mojokerto sekitar jam 1 lebih. Lebih 2 jam. Hahaha. Yaa sekitar jam 3 lebih itu lah. Lebih 1 jam an. Haha. Tepatnya adalah sekitar setengah lima sore.
Ustadz Abu mengisi kajian dari ba'da maghrib hingga jam 8 malam, kemudian pulang ke Jember jelang tengah malam. Sedangkan saya berangkat ke Surabaya di pagi harinya.
Sesampainya di Surabaya, hal yang pertama saya lakukan adalah bernafas. Ya, tak bernafas dapat membuat hilang nyawa. Fatal bos. Setelah itu saya mengorder Gojek untuk riwa-riwi menjalankan misi. Ada hal unik yang terjadi di tiap saya naik Gojek. Saya selalu berlalu terlebih dahulu sambil tetap memakai helm Gojek dikepala, hingga kelima Pak Gojek tersebut selalu setengah berteriak dengan mengatakan hal yang intinya, "Mas mas, helmnya mas!".
5 kali naik Gojek, dan kelima-limanya berakhir dengan mringis terpampang diwajah saya.
Mungkin saya lupa karena saya terbiasa dengan beban pikiran yang berat dikepala, hingga beban helm yang cuma sekian yard itu tidak terasa.
Eh, yard itu ukuran satuan berat kan?
Bukan ya? sudahlah tak usah dipikir.
Ada seorang Gojek driver yang berkesan bagi saya. Jadi, ia membersihkan helm penumpang dan memasukkannya kedalam pembungkus helm tiap selesai mengantarkan penumpang. "Biar bersih, mas", ujarnya saat saya tanya mengapa. Masyaa Allaah,
Bergerak cepat dan efektif, akhirnya tugas saya selesai sebelum jam 1 siang. Setelah itu, saya bergegas menemui mas Amin yang juga sedang di Surabaya untuk pulang bersama.
Namun diperjalanan pulang, asatidz Mojokerto menghubungi kami dan meminta kami untu mampir dahulu. Akhirnya, kami putuskan untuk menginap barang semalam disana.
![]() |
| Kembali ke Moker |
Sesampainya disana, kami dijamu dengan hangat dan dengan yang hangat-hangat. Mantap. Singgahnya kami ke Mojokerto ternyata membawa banyak kemudahan. Ustadz Agus yang malam itu sedang dalam perjalanan ke Surabaya meminta saya dan Mas Amin untuk kembali ke Surabaya, untuk menemui beliau disana. Bertepatan dengan itu, salah seorang ustadz meminta saya untuk melakukan sesuatu lagi di Surabaya.
Akhirnya, saya dan mas Amin bersepakat untuk berangkat lagi di keesokan harinya. Coba saja kemarin kami bablas hingga Jember, pasti tak akan mudah bagi kami untuk segera kembali ke Surabaya di keesokan harinya.
Seusai sarapan, kami diantar ke stasiun terdekat, tanpa mengetahui jadwal kereta. Ternyata, sampainya kita disana pas sekali dengan kereta yang akan berangkat ke Sidoarjo. Alhamdulillaah.
![]() |
| bersama Fawwaz |
Nah... Mumpung di Sidoarjo, kami sempatkan untuk mengunjungi kediaman Fawwaz Hafidz Indonesia Cilik yang masyaaAllaah. Biografinya bisa dilihat di internet. Namun kami tak bisa Berlama-lama disana, karena selain waktu kami terbatas, Fawwaz juga harus segera ke bandara jam 11 untuk syuting di RCTI. Ibunda Fawwaz lantas memberi kami cindera mata yang sangaaat berharga, yaitu At Tibyan fii Mutasyaabihaatil Qur'an. Beliau juga menawarkan pada kami untuk menambah uang transport kami, namun kami berusaha untuk menolaknya karena sungkan sekali. Akhirnya beliau menggantinya dengan memberi kami masing-masing sebungkus coklat. Tak mungkinlah bagi kami untuk menolaknya kali ini. Jarang-jarang makan coklat sih...
Sebelum menuju ketempat ustadz Agus di Surabaya, kami terlebih dahulu mampir ke rumah teman mas Amin yang ia kenal waktu umroh beberapa saat yang lalu. Ternyata temannya adalah seorang ibu-ibu. Berkah silaturrahmi kali ini adalah, kami dijamu dengan Siomay Tuna. Beliau juga menawarkan untuk mengantarkan kami ke Halte Trans setelah kami berdiri untuk undur diri.
Kami mengorder go-car untuk menuju tempat Ustadz Agus setelah kami turun dari bus Trans Sidoarjo di Bungurasih. Disana, beliau menyampaikan banyak hal yang intinya adalah, "untuk saat ini, cukup antum berdua yang tau", tutur beliau. Kami juga tak bisa berlama-lama disana karena saya harus melakukan satu hal lagi sebelum pulang, sedangkan kereta berangkat pukul 16.15. Akhirnya kami pamit saat azan ashar berkumandang.
Saya dan mas Amin kembali mengorder go-car. Namun mas Amin turun di Stasiun Gubeng untuk memesankan tiket, sedangkan saya lanjut ke suatu tempat untuk menjalankan misi. Setelah selesai dengan urusan saya, saya mengorder gojek tanpa order karena benar-benar mengejar waktu. Driver gojek memakluminya dan kami langsung berangkat menuju Stasiun Gubeng Baru. Awalnya, kesepakatan kami adalah saya harus membayar hampir 2x lipat dari harga order. Namun akhirnya ia malah meminta seadanya saja kepada saya setelah kami sampai tujuan. Hahaha.
Akhirnya, kami pulang :)
"Sebentar, kamu gak mandi ya bro? kok nggak ada keterangan-keterangan kamu mandi sih di tulisan diatas?"
Ya masak saya harus menuliskan sedetail mungkin dari berapa kali saya berak, berapa menit sekali saya membuang mucus, berapa kali saya memaki harga asus ROG yang tak mampu terbeli dengan uang tabungan kaleng saya, berapa jumlah 6x4, berapa persen kemungkinan dadu menunjukkan angka 3 jika ia dikocok 12 ribu kali, berapa jumlah lubang ditubuh spongebob dan lain lain.
Kata Al-Qur'an, jangan banyak tanya hal gak penting. Jangan tanyakan apa-apa yang bisa jadi malah menyusahkanmu jika hal tersebut dijelaskan padamu.
"Jadi mandi itu nggak penting bro?"
Bukan begituuu. Aaarrgh, sudahlah saya mau istirahat dulu. Ada sesuatu yang sedang menanti saya untuk saya kerjakan.
"Mengerjakan apa bro?"
Hmm, baru aja dijelaskan, ndak usah banyak tanya!
"Berarti yang kamu kerjakan itu nggak penting ya?"
Duh. Mboh
*Ditulis diperjalanan menggunakan laptop pinjaman Moker dan samsung J3..






