Sunday, September 16, 2018

Lantas, Apa Lagi? Jika Semua Sia-Sia?

6


Betapa terharunya saya ketika membuka twitter, ada pesan masuk yang menanyakan kapan blog ini akan di update lagi. Begitu pula dengan beberapa pesan WA yang menginginkan hal serupa. Ada juga salah satu komentar terakhir di blog ini yang juga meminta saya untuk menulis lagi. Memang haru sih, tapi saya ingin menyarankan kepada orang-orang di atas untuk segera berkonsultasi dengan psikolog, karena bagi saya agak aneh jika sampai ada yang meminta saya menulis konten lagi, padahal konten-konten sebelumnya GJ, penuh dengan ketidakjelasan-ketidakjelasan. Ngawur pula. Haha. 

Oke, let's write...

Seingat saya, pernah di suatu sore, saya memakai laptop tua saya yang memaksakan diri untuk ber-OS-kan windows 10 bajakan, yang case-nya sudah retak-retak parah, baterainya bocor, chargernya bukan ori lagi, butuh keyboard external dan bau bulu kucing untuk mengerjakan 3 tugas sekaligus. Corel Draw untuk membuat poster, Prezi dan Power Point untuk membuatkan bahan presentasi seseorang yang besar, serta Word untuk menulis konten blog (kepentingan pribadi :D), walau akhirnya aplikasi Ms Word saya tutup karena utek saya buntet dimana tenaganya terkuras untuk pengerjaan poster dan presentasi Prezi-PowerPoint yang harus dibuat semenarik mungkin. Tak ketinggalan juga saya membuka youtube untuk melihat cuplikan-cuplikan perkelahian beberapa anime dan beberapa video yang menyegarkan mata, seperti kompilasi video-video lucu dan skill-skill pertandingan olahraga.

Tiba-tiba saja, laptop yang desing harddisknya sudah bunyi ‘cret-cret’ itu crash (blue screen) di sekitar jam setengah tiga pagi. Yap, dari sore hingga pagi. Eh, tak usah kaget, saya juga pernah beberapa kali saya menghadap komputer hingga tak tidur sehari semalam kecuali 30-60 menit saja. Kebanyakan sih karena tugas, tapi juga pernah 1 atau 2 kali karena nonton drama korea. Ya tapi nggak menghadap komputer terus menerus, saya juga menggunakan waktu untuk sholat, makan, minum, dan melamun. Melamunkan masa depan dengan dirimu. Eaaa

Layar yang membiru membuat degup jantung saya sekilas menjerit. Deg! Lutut saya melemas, mata berkunang-kunang, nafas tersengal-sengal, peluh berkucuran, bulu ketiak memanjang, upil-upil berguguran, kotoran telinga keluar sendiri, daki/bolot di badan mengelupas, kentut yang saya keluarkan ingin masuk kembali, badan ingin salto, namun kaki tak mau berdiri, sedangkan tangan sibuk bermain suit satu sama lain.

Jangan mempercayai kalimat hiperbol fantasi diatas. Saya cuma lemas dan jantung ndredeg berlipat! Tapi jelas ini bukan ndredeg-ndredeg cinta. Sepertinya lemas dan ndredeg ini efek dari kurangnya asupan konsumsi. *Tulisan biru bisa diklik looo.

Ketika laptop sudah merestart secara otomatis, saya berharap ada auto recovery atau auto backup yang menyelamatkan pekerjaan saya. Prezi-nya sih selamat, fitur autosave-nya mantap. Sedangkan CorelDraw dan Power Pointnya tak terselamatkan. Auto recoverynya hanya mengembalikan pekerjaan saya di awal ba’da isya. Apes.

Lantas saya hanya diam saja sekitar 15 menitan setelah menepuk jidat sembari tertawa miris. Di sekitar jam tiga pagi, saya keluar dari workspace dengan langkah yang gontai, lalu meminum satu-dua gelas air, mencari selimut pink kesayangan, tidak ketemu, berbaring begitu saja entah dimana, tertidur begitu saja. Seba’da shubuh, saya menceritakan bahwasanya tugasnya belum selesai karena ketiduran kepada beliau yang menugaskan. Kabar baiknya, beliau tak jadi berangkat pagi, namun berangkat sore nanti. Kabar buruknya, hal itu tentu saja membuat saya harus ‘berdekam’ kembali didepan komputer selama seharian untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Tak hanya itu, beliau juga menambah beberapa hal untuk dikerjakan. Haha. 

Saya yakin, anda semua pasti pernah mengalami kejadian-kejadian yang mirip-mirip dengan kejadian diatas, yaitu mengerjakan sesuatu dengan lama, atau membuat sesuatu yang prosesnya rumit nan lama, atau mempersiapkan sesuatu dengan persiapan yang melelahkan, namun di akhir semua itu sia-sia saja karena ada satu kesalahan yang merusak seluruh rangkaian proses tersebut, hingga hasilnya tak bisa dinikmati sama sekali.

Contoh kecil. Membuat nasi goreng untuk pertama kali, eh ternyata yang digoreng bukan nasi, tapi beras. Membeli kopi bubuk sampai ke Puslit Jenggawah, menyeduhnya, eh ternyata rasanya asin parah karena keliru memasukkan garam instead of gula. Mengejar-ngejar dan berkorban banyak untuk kekasih hati hingga berhasil menikahinya, lalu baru sadar di malam pertama ternyata dia adalah sesama jenis yang menyamar. Bekerja keras hingga bisa beli mobil, eh ternyata itu cuma didalam mimpi. Duh, gimana ya, itu semua bisa dibilang sia-sia kah? Secara kasatmata sih, sia-sia. Namun jika direnungkan lebih dalam, tentu tak ada yang sia-sia. Pasti ada hikmahnya. Piye pak Eko? Masooook kan?

Bapak saya juga pernah bercerita, dulu sewaktu masih bayi saya pernah mengencingi tumpukan nasi dalam piring yang sudah ditata untuk suguhan untuk para tamu undangan selamatan di rumah mbah. hahaha. Sia-sia kah bikin nasi dan lauk2nya? Ya ndak to. Berkat ada tumpukan piring itu, kencing saya tak langsung memercik ke lantai. Haha.

Tapi ini masih di dunia bro. Saya tak bisa membayangkan, bagaimana menyesalnya kita jika sampai seluruh amalan baik kita selama didunia, besok dihari pengadilan oleh Allah SWT dianggap sia-sia karena...

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami tampakkan apa yang dahulu telah mereka amalkan lalu Kami jadikan ia bagaikan debu yang beterbangan.” (QS. Al-Furqan: 23)

Tentang maksud “bagaikan debu yang beterbangan” Imam al-Baghawi rahimahullah menjelaskan, “Artinya sia-sia, tidak mendapat pahala. Karena mereka tidak melakukannya [ikhlas] karena Allah ‘azza wa jalla.” (lihat Ma’alim at-Tanzil, hal. 924) *copas

Ah betapa jelasnya diri ini masih jauh dari kata ikhlas. Maka, ingin sekali saya mengistiqomahkan membaca doa sebagaimana doa salah seorang salaf, "ampunilah aku ya Allah dari riya' dan sum'ahku."

Di dalam ayat lain, Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh telah diwahyukan kepadamu -Muhammad- dan juga kepada orang-orang sebelummu; Jika kamu berbuat syirik niscaya lenyaplah seluruh amalmu, dan pastilah kamu termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar: 65)

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam juga pernah bersabda,"Niscaya aku akan melihat beberapa kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan kebaikan laksana gunung-gunung Tihamah yang putih, kemudian Allah Azza wa Jalla menjadikannya debu yang beterbangan”. Ada yang bertanya: “Wahai Rasulullah, jelaskanlah sifat mereka kepada kami, agar kami tidak menjadi bagian dari mereka sementara kami tidak tahu,” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Ketahuilah, mereka adalah saudara kalian, satu bangsa, dan bangun malam sebagaimana kalian. Tapi jika mereka menyendiri dengan larangan-larangan Allah, mereka melanggarnya”.

Ah sudahlah. Sebenarnya saya takut menulis ini. Sok menulis hal-hal islami, sok memperingati, padahal justru diri inilah yang paling hebat dalam bermaksiat pada-Nya, bukan hanya saat sendiri, bahkan saat beramai-ramai pun masih berani.

Duhai, jika seluruh amal tak lagi dapat diandalkan, apalagi yang bisa saya harapkan selain kasih sayang-Mu kelak, serta syafaat nabi-Mu, syafaat Al-Qur'an agung yang kau turunkan, dan syafaat dari orang-orang sholeh yang mencinta-Mu dan Kau cinta? 






6 comments:

  1. Konten yang ditulis selalu disisipi isu-isu kekinian ya, sepertinya itu juga menjadi daya tarik tulisan. Instead of gula hahaha
    Tulisan ini membangunkan perasaan-perasaan nyesek dalam hati

    ReplyDelete
  2. Berani menjawab tantangan #2019nulisbuku?

    ReplyDelete