Thursday, December 07, 2017

Kekasih Rahasia :)

6

*Happy 1st Anniversary, honey*

Dimulai dari kisah satu tahun lalu...

Sebenarnya, aku tak tau seperti apa dirimu. Hanya nama dan beberapa hal tentang dirimu saja yang ku tau dari teman-temanku. 

"Mana mana? Yang mana sih?", cecarku pada seorang teman yang memberi tahuku saat dirimu lewat.

"Aduh telat, itu lo yang anu-nya hitam", jawabnya enteng sambil terkekeh berlalu. "Subhanallah masyaa Allah banget pokoknya", lanjutnya. 

Sontak saja, gelagapan kupandang kesana-kemari. Bahkan ku berlari di sekitaran hanya untuk menemukanmu. Namun sepertinya kali ini sia-sia, sama seperti usaha-usahaku sebelumnya.


Segera kuambil wudlu agar dapat kutahan sukmaku yang mulai melayang-layang, meninggalkan pijakan yang semestinya.

Sebenarnya beberapa kali aku telah melihatmu, namun dalam posisi yang jauh dan dirimu sedang bergerak cepat. Seringkali kau tampil "hitam", tanpa pernah jelas, seperti apa mukamu.

Kian hari, debar semakin mengencang, degup semakin tak beraturan. Nafas seketika memburu tiap ada yang menyebut namamu.

Saat itu juga aku dapaat memahami salah satu bait syair arab yang sering diucapkan guruku. Bahwasanya cinta mengubah kelezatan menjadi rasa sakit. Aku mengalaminya. makan jadi tak enak, tidur tak nyenyak. 

Ah sial, lama-lama bisa terkapar penasaran aku kalau terus begini.

Akhirnya kuputuskan. Kau yang masih belum kutahu seperti apa rupamu, harus kutemui dan ku persunting dengan resmi. Kau harus segera halal untukku.

Nekad saja. Hanya berbekal nama dan modal seadanya, kuminta salah seorang teman untuk mengantarkanku.

"Serius kamu mau bersamanya?", tanyanya seraya menahan tawa. Ia yang tahu segala kesederhanaanku seakan tak percaya dengan tekad yang sudah meluap-luap ini.

"Hai sadar, ia itu berkelas, manusia lusuh sepertimu mana pantas bersanding dengannya?", aku menangkap ucapan-ucapan itu dari sirat matanya. 

"Bah. ra urus. Aku nggak peduli!", sirat tatapan mataku kala menatap balik matanya dengan lebih tajam.


"Tapi banyak kok yang lebih cantik darinya", temanku berusaha memberikan opsi lain. "Dari pada masih gak jelas begini?"



Aku diam saja, mataku masih lekat-lekat tajam menatapnya. 


Akhirnya ia menyerah, lalu menurutiku untuk pergi kemanapun aku mau di hari itu. "tenang, nanti tak kasih sesuatu", imingku padanya agar ia mau menyetir motor kemanapun aku mau.

Akhirnya, kami berangkat dan menuju ke setiap tempat. Ya, setiap tempat yang kuduga dirimu berada disana.

Terik kian meninggi, hingga merendah lagi. Dari pagi, sama sekali tak kutemukan jejakmu. Yang kutemukan hanyalah sosok yang berpenampilan mirip denganmu. Meskipun belum kutahu seperti apa dirimu, aku yakin kalau yang kulihat dari pagi tadi bukanlah dirimu.

Benarlah apa pepatah bilang. Niat baik tak pernah tertampik. Akhirnya ku bertemu dirimu disalah satu pertokoan, di penghujung sore dan sisa-sia luap tekadku. Padahal sebenarnya aku mulai menyerah, "ya sudahlah kalau tak jodoh", keluhku pada teman yang mulai merasa menang setelah mendengar keragu-raguanku. Namun kini, akulah yang menang. 


Benar, aku sangat yakin kalau selama ini yang ku kagumi diam-diam adalah dirimu.

Sontak saja kuutarakan keinginanku untuk membina hidup denganmu. Tentu saja, kau tak sendiri saat itu. Ada beberapa saudaramu dan juga 'orang tua'mu. Kau diam saja, 'orang tua'mu mengangguk setuju. Mereka nampak bahagia, saudaramu nampak tersipu.


Tak lupa kuhaturkan, bahwa hanya segini mahar yang ku punya. Syukurlah mereka memahami keterbatasanku. Mereka tetap setuju, bahkan mereka memperingan maharku, "Buat ongkos bensin pulang, Nak". Ah betapa mereka bisa mengerti keaadaanku. "Kasian, udah lusuh, nekat lagi. Mukanya polos pula", mungkin itu yang mereka pikirkan.

Akhirnya, sah lah kita hidup bersama. Mendebarkan juga rasanya menempuh hidup baruku denganmu. 


Sampai sekarang, tak banyak yang tahu tentang hubungan rahasia ini. Ya, bahkan kalau perlu jangan sampai ada yang tau. Karena pondok pesanntren tempatku bernaung sekarang, juga melarang kami untuk menikah sebelum lulus dari sini. 



Namun sekarang sepertinya harus kuungkap pada publik tentang hubungan kita. Agar mereka paham kalau kita sudah menjadi pasangan yang halal. Agar tak terjadi fitnah dimana-mana. Masalah pondok pesantren, apa kata nanti.

Ternyata kau amat menyenangkan. Ku ajak bermain PS, mau. Ku ajak main futsal, mau. Ku ajak renang, mau. Makan disana sini, mau. Jalan jalan ke sana sini pun mau. Tak hanya penurut dan menyenangkan, kau juga amat lekat denganku. Aku semakin sayang padamu.


Pernah suatu saat kau kutinggal di suatu tempat tanpa sengaja. Aku yang baru sadar kalau telah meninggalkanmu langsung kembali ke tempat itu. Kudapati dirimu meringkuk lesu. Kau mungkin capai mencariku kemana-mana. Hahaha, maaf. Kejadian ini takkan terulangi.



Suka duka banyak kita lalui. Bukankah kopi yang terlalu manis tak akan sempurna untuk dinikmati? Hidup pun begitu. Hidup tanpa kepahitan sama sekali bukanlah hidup yang akan seru untuk dijalani.

Namun 2 Desember kemarin, tepat sehari sebelum satu tahun perayaan kebersamaan kita, kau meminta untuk berpisah. Sebenarnya hatiku jadi kacau, semuanya terasa akan menjadi berat tanpa kehadiranmu. 

Hai, ada apakah gerangan? Aku tercekat. Kau mendiamkanku. Dengan bodohnya, aku pun turut mendiamkanmu. Sebenarnya aku mendiamkanmu karena aku sedang mengerjakan banyak hal, bukan karena ingin mendiamkanmu. Haha, ingatkah kau akan kejadian itu? saat kita saling mendiamkan? lucu tau.

Setelah tenang dan sedikit bebas dari tugas-tugas dan kewajiban yang diamahkan padaku, aku mulai mencari tahu, apa penyebab kau meminta berpisah.

Ah ternyata hanya karena perkara sepele. Pinmu patah karena sudah berkarat. 


Kubelah hujan dengan rindu. Ingin segera ku berdamai denganmu. Akhirnya kutemukan pertokoan jam tangan, dan kubelikan pin sekaligus tali yang baru untukmu. 

Dan akhirnya, kita dapat bersama lagi, jam Casio illuminator hitamku tersayang :) semoga kita kian langgeng kedepannya. 


*Sengaja tak menyertakan foto. Saya pencemburu.


Cinta itu ada dimana saja. Temukan cinta dalam segala hal yang baik, dan hal-hal baikpun akan mencintaimu 


Monday, July 10, 2017

PESANTRENKU PESANTREN WAHHABI (?)

24


Sebenarnya saya pribadi santai-santai saja ketika ada sebuah situs yang mencantumkan nama “rumah kedua” kami sebagai pondok yang beraliran wahhabi. Karena jaman dulu sebelum Pak Wahhab lahir, junjungan kita Nabi Besar Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam malah kerap dijuluki sebagai orang gila dan tukang sihir. Tapi memang seluruh urusan dan prilakunya menakjubkan sebagaimana persaksian ibunda kita, Aisyah RA. Jadi tuduhan tersebut tak pernah membuat beliau mutung dalam berdakwah. Sangat berbeda dengan saya yang mulai agak risih dengan tuduhan wahhabi pada kami, apalagi ketika “katanya” sudah ada beberapa akun IG yang menyebarkannya. Terlebih lagi ketika para saudara saya yang nahdliyyin kulluhum mulai bertanya-tanya, “pondokmu pondok apa?”

Sambil tersenyum dan memohon untuk berlalu, saya menjawab ,"Anu, pondok pesantren pakdhe :) menawi putranipun njenengan badhe dipondo'aken teng mriku, monggo. Sedayanipun beasiswa lo  :)" 

______________________________________________________



Sekitar sekian jam yang lalu, saya mendapat kiriman foto diatas dari salah seorang teman. Sebenarnya, tanpa membuat tulisan tanggapan pun tak apa. Tapi biarlah, sudah lama juga nggak posting di blog, dan tumben juga ada yang nanya kenapa saya kok gak posting lagi. Ya udah deh, mari bahas dari highlight ijo yang pertama, sampai terakhir.

Oke. Monggo dinikmati curhat kulo.


 *Lulusannya mudah berkata syirik dan bahkan mengkafirkan saudara kita

Untung saya membaca post njenengan bukan saat sedang minum. Kalau iya, bisa muncrat pak! Hahaha. 

Lulusan sini itu mudah berkata “Saya siap menikahi putri anda” pak!. Nah kalo njenengan dan teman-teman njenengan punya putri-putri sholihah yang siap nikah, monggo kirimi kami pesan. Lewat ustadz boleh, lewat jaringan pribadi langsung dengan saya lebih disarankan.

Mengkafirkan saudara njenengan?  Saudara yang mana? weleh weleh. Daripada mengkafirkan, mending saya ajak main PS. Terus yang kalah harus mbayari rentalnya. Pripun? 

Ssst. Jangan rame-rame, saya tau beberapa rental PS yang asyik pak. 


*Tawassul + Sholawatan

Keduprak kedubrung keduprak kedubrung, tet tet tet tet ta tak gentak joss!!!

Kurang lebih begitulah bunyi yang dikeluarkan sound atas masjid Al Falah Pondok Ibnu Katsir Jember tiap malam jumat, sekitar pukul 20.00-22.00. Tentu saja tanpa bunyi “tet tet tet tet ta tak gentak jos” karena itu bukan acara dangdutan. Kami sedang bersholawat rutinan simthud duror.

Saya kok jadi ragu ya, jangan-jangan kalian yang nuduh-nuduh itu ngerti gak sama sholawat simthud duror?

Dan kami ada 2 set alat al banjari, kalo njenengan yang nuduh-nuduh belum punya, bisa pinjam dulu alat kami, lalu mari sholawatan bareng. 

Shollu ‘ala sayyidinaa Muhammad!!!


*Ziarah Kubur

Aduh. Sudah bikin survei pak? Mmm, atau anda mau segera kami ziarahi?


*Tahlilan

Sebagian santri tahlilan kok tiap ada warga sekitar yang meninggal.

Nah itu tuh. Cuma sebagian kan? Lah sebagian lainnya gimana?

Kalo semua santri ikut tahlilan, yho ra kamot nggriya lan piringe pak !

Kalau keluarga/teman njenengan ada yang meninggal, atau njenengan sendiri barangkali, kami siap hadir di tahlilan kok. Siapkan saja akomodasi pulang pergi. Jangan lupa air minum disediakan juga, biar ndak seret waktu makan rawon. Kalau belum ada yang meninggal, kami siap kok untuk mendoakan agar segera anu...*eh

Agar senantiasa mendapat rahmat dan hidayah tentunya.


*Memperingati Maulid

Nun sewu pak, kami masih punya rekaman video acara maulid nabi yang diselenggarakan disini. Coba aja njenengan buka youtube. Nama channelnya "Media Ibnu Katsir". Jangan lupa subscribe nggeh?  Syukur-syukur kalau seluruh videonya di download dan dilihat. Coba dilihat semua videonya, barangkali njenengan menemukan kata-kata kebencian disana. 

Tapi kalau mau kesini sekarang, jajan dan berkatan maulidan tentu saja sudah habis pak.

Eh tapi jajan hari raya belum habis looo, monggo buruan kesini pak!!!

Dan jikalau anda berkenan untuk menjadi penceramah di acara mauludan kami, akan dengan sangat senang hati kami terima. Tapi mohon maaf kalau misalkan sambutan kami dan apa yang kami berikan untuk njenengan kurang berkenan di hati njenengan. Tapi kami sangat yakin kalau njenengan itu lillaahi ta’ala. Ikhlas pol. Nggeh kan?


*Istighotsah

Tanpa dengan disertai meningginya perasaan dalam hati, saya harus ungkapkan bahwa pondok kami juga ikut menjadi inisiator dan penggerak suksesnya acara “Menjunjung Tinggi Izzul Ulama wal Muslimin untuk Kemaslahatan Bangsa” yang dilaksanakan di gedung Soetardjo 2 Desember kemarin. 

Apa isi acaranya? Istighosah bersama-sama! Yang hadir ribuan pak! Iya ribuan! Kotak kuenya juga ribuan! apalagi gelas air mineralnya! 

Mboten percados? Masih ada file-file banner dan kartu panitia di komputer desainer kami. Tas saya yang talinya putus saat mengawal acara juga masih ada kok. Nggeh pak, putus. Harganya Rp. 15.000, beli bekas pula. Bahkan bayarnya baru beberapa bulan setelah pembelian pula. Eh sek sebentar, tak cari dulu. Kayaknya saya sudah lama gak liat tas itu hahaha 

Mau bikin acara serupa namun gak punya desainer handal? ah nanti bisa minta file mentahnya ke kami 😊 kan enak, tinggal edit-edit dikit, jadi deeeh. Tenang, kami nggak akan mempermasalahkan plagiarisme kok.

Toh makalah saya juga masih sering copy paste. 


*31. Pondok Pesantren Ibnu Katsir Jember 

Atas hidayah Allah SWT kami sadar, bahwa kami harus senantiasa mempertahankan iman kami. Dan njenengan pasti lebih tau, kalo orang beriman itu adalah orang yang tidak mengacungkan tangan dan mengatakan KAFIR pada saudaranya. Dan salah satu kriteria iman adalah dengan memuliakan tamu. 

Mari piknik ke Ibnu katsir pak. Kami punya wisma tamu yang wenak dan nyaman looo. Tuan rumah wisma tamu juga pandai memasak pak. Njenengan mau minta sate? ayam bakar? gulai? nggak usah minta pun, anda akan dilayani dengan pelayanan terbaik dari kami. Kami akan berusaha untuk memulyakan njenengan. Kalau butuh pijat, hubungi saya pribadi.

Kenapa?

Karena saya nggak berani masang tarif pijet. Cukup dengan memenuhi hajat njenengan, insyaAllah Allah akan "berada" dalam hajat kami. 

Tenang, layanan saya bukan pijet plus plus kok. Saya tau kalo njenengan amat menjaga diri dari maksiat. Tapi kalau njenengan memang mau yang plus plus, ada plus setrum listrik, ada plus arang bakar. Atau kalau njenengan mau plus ngunyah batu bata, juga bisa kami sediakan.

Oh ya jangan lupa, kalo misalnya njenengan jadi ke wisma tamu Ibnu Katsir, hubungi saya ya, biar saya bisa makan-makan enak juga pak :)

Mengenai ibadah sholat, jangan khawatir. Sholat shubuh kami pakai qunut kok, dzikir kami juga dzikir jahr. 

Wallaahu a'lam ^_^

Sunday, May 21, 2017

Tergantung si Dia

11

2 jam yang saya habiskan di Ponpes Darul Istiqomah semakin menegaskan kata-kata yang sering meluncur dari orang-orang hebat dengan hati yang selalu membumi... 

"Tergantung orangnya..."

Ustad Imam merupakan figur teladan yang sepertinya, saya pun tak bisa menandingi seujung jarinya. Bahkan disini, julukan "wali" dan "malaikat" sering disematkan kepada Ustad Imam berkat ke-anu-annya yang sulit tergambarkan. Begitu pula dengan Afif. Jangankan Al-Qur'an yang menjadi fokusnya disini. Bahkan pemain-pemain bola tidak terkenal dari klub-klub medioker pun dia hafal!. 

Keduanya adalah jebolan dari Ponpes Darul Istiqomah Bondowoso. Bertemu dengan sosok seperti mereka tentu saja memicu keinginan saya untuk mengetahui seperti apa lingkungan yang menempa mereka dahulu. Ternyata biasa saja. Tak ada yang istimewa. Namun dari ke-biasa-an tersebut, mereka mampu menjadi output yang benar-benar istimewa.

Ada juga Mas Amin. Pemilik julukan "menangan" ini dulunya juga menuntut  ilmu di pesantren yang terletak di Pesanggaran, yang (menurut saya) juga biasa saja. Tak ada yang istimewa kecuali aura Kyai Zakaria, pengasuh pondoknya, yang membuat leher saya setengah merinding ketika mendengar beliau berbicara. Namun, ia (Mas Amin) kini menjadi sosok yang salah seorang Ustadz atasan disini berkata,"Jangankan sampean (bicaranya ke akhwat lo), bahkan kami para ustadz pun kagum padanya".

Begitu pula dengan Pakdhe Ruhul. Beberapa waktu yang lalu, saya sempat diajak untuk menemani dia ke pondoknya di Malang dahulu. Namun kondisi tubuh saya yang masih belum pulih dari sakit membuat saya harus melewatkan kesempatan untuk jalan-jalan dengan gratis tersebut. Akhirnya dia menjelaskan kalau pesantrennya dahulu hanyalah berbentuk rumah biasa. Kecil. Tak ada yang istimewa. Namun, Pakdhe Ruhul disini menjadi imam sholat yang jika ia membaca dengan luaaamaa pun, para jamaah tetap merasa ikhlas dan tetap senang sekalipun mereka harus menahan kaki-kaki yang mulai kemeng dan pegel-pegel.

Catat. Keempat orang diatas sudah memiliki prestasi nasional looo.

Berbeda dengan saya. Proses penempaan santri di Ibnu Katsir menurut saya lumayan keren. Fasilitas juga bagus. Nyaman. Banyak pula teman-teman berkualitas dan berprestasi seperti yang saya sebutkan diatas. Para ustadz juga memiliki kualifikasi yang keren. Lah tapi saya disini sekan-akan menjadi kerupuk mlempem. Tetep aja nggak bisa apa-apa sekalipun sudah hampir dua tahun menuntut ilmu disini. Jangankan bicara tentang kualitas dan prestasi. Bahkan target-target standar disini pun gagal saya penuhi. Ah, Kalau saja baca 100 chapter komik dalam 4 jam merupakan sebuah prestasi, berarti saya punya prestasi yang (sepertinya) kurang bisa dibanggakan...

***

Karena (hampir) semua pencapaian itu memang tergantung orangnya. Bukan karena bakat atau kecerdasan yang diatas rata-rata. Tapi lebih ke-bagaimana seseorang bisa meninggalkan sesuatu yang tak bermanfaat untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri dan orang lain. Bagaimana seseorang itu terus mengasah skill-skill yang ia miliki sambil menutup celah-celah kelemahan yang ada dalam dirinya. Bagaimana seseorang itu bisa menahan untuk tak melakukan sesuatu yang "mengenakkan" dan lebih memilih untuk melakukan sesuatu yang "tidak mengenakkan" karena mereka memiliki visi yang jauh kedepan. 

Karena tanpa perjuangan keras, Midoriya Izuku takkan mampu mewarisi One For All. Begitu pula dengan Aster yang tak mempunyai mana sedikitpun. Kegigihannya berjuang membuat ia bisa menerima 5 leaf clover!. Belum lagi Naruto, Luffy, Natsu, Meliod........

Eh sek tunggu. Piye, kowe paham opo ora? 

*diam tidak ada jawaban

Lah menurut kowe gimana? Bener nggak kalo pencapaian seseorang itu lebih tergantung ke masing-masing individunya daripada lembaga yang menaunginya? 

"Gak tau mas... Kalau saya sih tergantung dia mas"

Hah? maksudnya apaan?

"itu lo mas... Saya lagi digantungin sama dia... Anuuu, hubungan asmara kita lagi nggantung..."

Aduh kowe ngomong opo seh?

"Susah ngomong sama orang nggak peka kayak kamu mas... apalagi masalah ginian..."

Peka? Peka itu gambar lokasi/denah suatu tempat ya? *pura-pura gak tau perbedaan peka dengan peta.

"IYA! GAMBAR LOKASI PERNIKAHAN ORANG YANG KAMU SUKA YANG SUATU SAAT AKAN NIKAH SAMA ORANG LAIN MAS!!!"

Lah lah lah. Ojo ndungo ngunu bos... Ampun ampuun 😥


Wednesday, April 05, 2017

Jadi, Maukah Dirimu Mewujudkannya Bersamaku?

12


Sungguh pemandangan luar biasa, ketika saya dapat menyaksikan bocah-bocah yang sewaktu saya seusia mereka malah disibukkan dengan mencari teman yang bersedia untuk menambahi uang saya agar bisa main PS dengan durasi yang lebih lama.

Haha, saya gemas sendiri saat mengingatnya. Usia dimana saya sering sekali “dikancingi lawang” (tidak dibukakan pintu rumah) oleh ibu karena suka keluyuran dan membuat bapak—terkadang ibu juga—kesulitan mencari tempat bermain saya. Padahal tempat saya keluyuran hanya ada tiga. Kalau bukan di rental PS Mas Jarwo, berarti di rental PS Bu Es. Selain itu saya pergi ke rumah teman-teman, yang memiliki PS dirumahnya tentunya (Biar bisa main gratis).

Campur aduk. Kegiatan dua hari ini membuat perasaan saya bercampur-campur. Senang bercampur sedih. Kagum sekaligus benci.

Senangnya adalah, karena saya dapat berkumpul dengan para bocah-bocah yang Al-Qur’an sudah menjadi santapan rohani mereka sehari-hari. Betapa kagumnya saya, karena dalam usia sebelia itu, mereka mampu membaca, menghafal, bahkan memahami Al-Qur’an dengan baik. Lha wong amalan sunnah aja dikejar-kejar sama mereka, ndahneo yang fardhu. Tak terhitung berapa kali saya menggeleng-gelengkan kepalang dengan decak penuh kekaguman kala melihat kemampuan-kemampuan mereka.

Sedihnya adalah, karena diusia mereka, saya malah sibuk dengan menghafalkan puluhan kombinasi password PS untuk dijual pada teman-teman seper-PS-an, dimana hasil penjualan password malah digunakan untuk membeli tamiya dan sisanya untuk main PS. Bukan malah ditabung untuk biaya nikah.

Betapa dulu saya begitu bersemangat  mengumpulkan uang yang harusnya dibuat untuk belajar mengaji, malah digunakan untuk membeli tamiya dan tamagochi. Kadang untuk main billyard hanya untuk mendapat sanjungan para orang dewasa pengangguran nggak jelas yang  mereka sempat menganggap saya sebagai “kader terbaik”  dari kesenangan-kesenangan sekaligus kesia-siaan yang mereka lakukan.

Nyesel bos! Saya benar-benar menyesal! Banyak perandaian yang terlintas dikepala. Andai saya dulu begini, begitu, begiti, beginu, benigu, beguti, tubegi, ginebu aaaarrrrgh nyesel!

Padahal ini masih didunia, entah bagaimana kondisi saya jika kelak diakhirat, hari dimana tumpah seluruh penyesalan orang-orang atas apa yang telah mereka lakukan didunia.

Jangankan yang masuk neraka. Yang masuk surga pun menyesal bos! Menyesal karena mereka tak mendapatkan surga yang lebih tinggi dari yang mereka dapatkan saat itu.

Allaahu kariim. Abuu u laka bi ni’matika ‘alayya wa abuu u bi dzanbiy. Faghfirliy fa innahuu laa yaghfiru adz dzunuuba illaa anta :’(

Omong-omong tentang penyesalan, tentu saja, saya telah membuat ibu saya menjadi orang yang amat banyak menyesal dikarenakan keengganan saya untuk mencuci piring selepas makan (dulu), selalu gak mau diajak wiridan selepas sholat dan doa bersama(dulu), lebih memilih untuk main sepakbola daripada mengaji ke tpq seperti kawan-kawan sebaya(dulu) dll. Ah, betapa jahatnya saya (dulu). Untung saja ibu saya (dulu) tak serta merta mengutuk saya menjadi batu. *ini ditulis sebagai peringatan terhadap bapak2 dan ibu2 agar tidak segera "mengutuk" putra-putrinya jika kelak mereka melakukan seperti yang saya lakukan*

Dan untukmu ibu, meskipun sekarang dikau tak lagi “ngancingi lawang” pada putra nakalmu ini, maafkan putramu yang masih jauh dari membawamu ke Makkah, meskipun putramu ini sering sesumbar dan berkobar-kobar ingin membawamu kesana. Karena putramu ini bahkan gagal terpilih hanya untuk sekedar pergi ke Serambi Makkah. Dan asal kau tau ibu, aku benar-benar menangis kala menuliskan ini. Bukan karena kegagalan maupun ketidak beruntunganku untuk pergi kesana. Namun karena jauhnya putramu ini dari hal yang dapat membuatmu untuk sekedar tersenyum bangga. Karena hilangnya kesempatan untuk membuat putramu ini menjadi orang yang dapat kau banggakan.

Dan untukmu duhai calon istri. Saya sudah bertanya-tanya pada orang-orang hebat dan mengesankan yang saya temui disana. Saya juga mendapat banyak bocoran mengenai kehidupan mereka hingga terbentuk sketsa dalam kepala, hendak seperti apakah keluarga kita terbentuk kelak.

Jadi... Maukah kau mewujudkannya bersamaku duhai calon istri? Membentuk keluarga madani yang qur’ani?

Dia        : “Iya mas, mau.........”

Saya    : “Hah iya kah?  Apa dikau benar-benar mau mengarungi hidup bersamaku?”

Dia          : “mengarung-mengarung dengkulmu imut! Maksudnya, mas mau sama apa? Ada lele, wader, tongkol, ayam, sama rendang mas ”

Saya        : “eh? Maksudnya?”

Dia        : “Loh mas jadi pesen nasi apa enggak sih? Dari tadi kok nglamun? Sudah banyak yang antri mas!!!

Saya        : “Loh loh loh. Saya disini ngapain ya Buk?” 

Dia          : “lho kok masih nanya saya mas? Dari tadi mas itu pesan nasi sambil nglamun. Ndlahom pula! Jadi pesan apa nggak sih?!"

Saya       : "iya jadi, buk. Saya jadi pesan. Umm, pesan saya adalah kalau ibu punya anak yang masih kecil .........."

Dia.       : "Mas, saya nanya pesanan. Bukan minta sebuah pesan. Liat tuh, sudah banyak yang antri!"


Sunday, April 02, 2017

Catatan Alay

0

Lucu sendiri ketika saya menemukan tulisan-tulisan pribadi dan catatan-catatan mimpi, kemudian membandingkan diri yang sekarang dengan 2-5 tahun lalu. 

Kotor. Sangat kotor. Catatan-catatan yang segera saya buang setelah menemukannya menjadi renungan tersendiri. Beberapa fragmen ingatan masa lalu yang saya coba untuk hadirkan kembali, membuat saya sadar bahwa betapa beruntungnya saya dipertemukan oleh Allah dengan para kekasih-Nya akhir-akhir ini. Karena jika tidak, entahlah. Rusak

Dan mengenai list mimpi, sebenarnya sudah banyak list mimpi yang seharusnya tercoret, bukan karena sudah tercapai. Tapi karena mimpi itu tak ada gunanya lagi untuk dicapai. Seperti:

- Bisa memainkan lagu Bohemian Rhapsody ala-ala Greg Wyard
- Ketemu Slank dan Iwan Fals
- Bisa main seluruh alat tiup marching (Bariton, Tuba, Euphonium, Flugel dll)
- Bisa main biola
- Dan masih banyak lagi mimpi-mimpi alay lainnya.

"lah terus? apa dirimu yang sekarang sudah suci, Mus? Sudah merasa jadi lebih baik?"

Hahaha ngawur! 

Enggak bos, hanya saya sudah merasa dekat dengan maut. Setidaknya, banyak hal buruk yang harus diperbaiki dan dihilangkan.  

"Jika kita merasa putih, merasa suci, coba periksa hati kita, Jangan-jangan putih tersebut berasal dari nanah hati kita yang luka ~Ust. Salim A Fillah"


Monday, February 27, 2017

Dangdut Koplo ~ Fitnah Akhir Zaman

1

Sebelum tulisan ini dimulai, boleh kan kalo curi-curi tempat buat sedikit curhat?

Eh ngapain juga minta persetujuan. Lha wong blog nya ya blog saya sendiri. Bukan punya njenengan sedoyo. Ya terserah saya dong mau nulis apa.

*krik krik. Garing.

“Blog ini punyamu? Bukannya kamu juga numpang blog ke blogger ya Mus??” , ujar seeorang yang lagi duduk tepat ditempat saya duduk sekarang. Yap, saya sendiri.

Hah. 

Okelah. Jadi begini. Sepertinya blog ini mulai sekarang akan jarang diupdate.

Padahal emang jarang update. 

Maksudnya, blog ini akan sangat lebih jarang di update lagi. Alasannya adalah. Udahlah gak usah dibahas wkwkwk.

Maaf bagi para penggemar blog ini... (lha wong saya aja nggak begitu suka dengan blog ini, apalagi orang lain?).

Yowes gak usah maaf-maafan

***
Jadi begini. Suatu hari, ada diskusi singkat antara saya dengan beberapa teman membahas permasalahan lawas,

"Hukum Membaca Al-Qur’an Menggunakan Langgam Jawa"

Dimana kemudian, dari diskusi ini saya mengetahui dari seorang teman bahwa diluar sana ada pembacaan Al-Quran dengan tajwid amburadul (bacaan Al-Qur’an saya juga amburadul kok. Tapi saya yakin kalo bacaan mereka sedikit lebih morat-marit dari saya). 

Tak hanya amburadul, tapi juga diiringi dengan musik dan “dinyanyikan” dengan entah apa itu istilahnya. 

Ini ada link videonya bos. https://www.youtube.com/watch?v=McypLuHFEWc

Mari diseliwerkan dulu biar nggak sepaneng.

Jadi, ada fenomena unik yang terjadi di Indonesia. Sebut saja namanya dangdut. 

Tak hanya lagu dangdut yang dinyanyikan secara dangdut. Namun, dapat kita ketahui bersama (jika njenengan pernah mendengarnya), bahwa lagu-lagu pop, reggae, hingga rock pun dinyanyikan dengan irama dangdut. Dangdut koplo. 

Asolole bos. Ta Tak Gentak Jos!

Dan nggak hanya lagu Indonesia saja. bahkan di internet juga bersliweran lagu-lagu barat yang di-koplo-kan. Mulai dari Justin Bieber, Linkin Park, bahkan Avenged Sevenfold. Aduh, bisa-bisanya ada yang tega mengkoplokannya. 

Entahlah, saya tak tau apa komentar Om Jimmy "The Rev" Sullivan dari balik kubur bila mengetahui hal ini.

Kembali ke topik. Mengesampingkan pembahasan mengenai hukum membaca Al-Qur'an dengan langgam jawa, sepertinya pembacaan Al-Qur'an dengan musik ini lebih menarik untuk dibahas.

Kenapa? karena hukum musik itu sendiri, berdasarkan kesepakatan 4 imam madzhab adalah anu (cari aja sendiri). Walaupun disisi lain ada juga ulama lain yang meng-anu-kan, yaitu Ibnu Hazm.

Namun bukan itu yang menjadi titik tekannya bagi saya.

Justru yang saya khawatirkan adalah jika nanti beredar video di media sosial, youtube khususnya, dengan judul...

"Yasiin versi koplo~O.M SAGITOL"

"Yok mari sambuuuuttt artis kitaaaa, Dewi Persing yang akan membawakan..... Yasiiin!!!"

Itu masih belum seberapa. Bisa-bisa, lama-kelamaan akan muncul video yang lebih edan lagi.

"Al-Qiyamah Koplo Hot Joget Pantura"

Hah. Modyar kowe! 

Ah begitu kejamnya fitnah akhir zaman. Nggarai pengen ndang rabi wae.


"Emang kamu wes punya calon Mus?"

"Eh sek sek, emang ada yang mau tah sama kamu Mus?"

Ah betapa menyedihkannya saya...

Hah. Modyar aku! 
***

Wahai Malikal Mulk, Al Jabbar, Al Qahhar. Selamatkan negeri kami dan seluruh orang-orang muslim di dunia dari makar-makar mereka yang ditujukan untuk menghancurkan kami...


Saturday, January 14, 2017

Berawal Dari Pak Shulhan 1

0

Entah untuk yang keberapa kalinya, Pak Shulhan membicarakannya didepan saya. Dan beberapa kali pula, saya mendapati Pak Shulhan dan Mas Adi, dua orang yang saya kagumi, membicarakan mengenai seseorang tersebut dengan berbagai ekspresi kekaguman.

"Di kelas, rasa-rasanya tidak ada yang bisa mengimbangiku kecuali satu orang. Tapi dia masih sedikit dibawahku. Namun jika kulihat bagaimana ia berkembang, rasa-rasanya beberapa saat lagi, aku tidak akan mampu mengimbanginya."

Itu adalah salah satu perkataan Pak Shulhan pada saya mengenainya. Pak Shulhan menceritakan banyak hal tentangnya pada saya, banyak sekali.

Pada awalnya, saya berpikir, "apa perduliku dengan semua itu, Pak? Toh aku tak mengenalnya, tak memiliki urusan apapun dengannya, uang didompet tak bertambah saat aku mendengarkan apa-apa mengenainya, dan dia bukan seorang perempuan pula, . Jadi apa untungnya mendengar cerita pean ?".

Andai Pak Shulhan bukan seorang guru yang berhasil menjadi salah satu "perantara hidayah" Tuhan pada saya, pasti saya sudah berkata padanya, "ngomong sepisan eneh tentang de'e age, pean oleh mangkok karo piring gratis, pak! (bicara sekali lagi mengenainya, sampean dapat mangkok dan piring gratis, pak!)" *efek-kebanyakan-liat-iklan-sabun-cuci*

Itu hanya terlintas dipikiran saya. Karena jika saya katakan hal itu, entah harus berapa kali saya harus memberi Pak Shulhan mangkok dan piring gratis.

Dan di suatu malam di bulan ramadhan, Pak Shulhan mengajak saya untuk melihat festival Al-Qur'an. Disitu saya bertemu dan sedikit berbincang-bincang dengannya. Bermula dari hal itu, saya jadi sedikit paham mengapa Pak Shulhan sering menceritakannya pada saya.

Dulu saya pernah mendengar bahwa intelektualitas seseorang dapat dilihat dari sorot dan tatap matanya. Tatap mata yang bagaimana? sorot mata mata yang bagaimana? Hahaha mana saya tau... Namun sorot dan apa yang tersirat dari tatap matanya membuat saya memiliki kesan bahwa ia memang bukan seseorang yang biasa-biasa saja. Apalagi seseorang yang suka baca komik sampai puluhan judul, acapkali dianggap idiot dan longor oleh kawan-kawannya, sering berkhayal menjadi seorang superhero yang menyelamatkan nyawa janda muda kaya raya dari gangguan preman, dan bercita-cita memiliki kapak 212 Wiro Sableng. Bukan, dia bukan orang seperti itu!

Dan jangan mengira jika orang yang suka baca komik dll seperti diatas adalah saya! Namun jika anda berprasangka demikian, yah apa boleh buat.

Kesan pertama saya padanya membuat saya ingin mengetahui seperti apa dirinya, termasuk mengetahui parfum apa yang sedang ia pakai saat itu. Wangi banget. Haha.

Dari percakapan singkat dengannya, saya jadi tertarik untuk masuk ke Ibnu Katsir Jember, pondok yang ia tempati dan saya tempati sekarang. Kalau tidak salah, besok adalah batas terakhir pendaftaran pondok tersebut. Dan keesokan harinya lagi, saya datang pagi-pagi sekali ke pondok tersebut untuk mendaftar dengan membawa berkas yang sangat tidak lengkap sekaligus mengikuti ujian yang cukup membuat saya menyadari betapa bodohnya saya dibidang agama.

Di salah satu ujian, terdapat ujian wawancara bahasa arab. Glodak!

Berbekal jawaban "afwan, ana laa a'rif & afwan ana laa adri" yang sebelumnya sudah saya tanyakan pada teman saya apa bahasa arab dari "maaf, saya nggak tau", saya melangkah dengan PD saat nama saya dipanggil untuk diuji.

Dan yang memanggil adalah dirinya, dia pula yang menguji. Selepas bertukar senyuman, ia langsung bertanya, "ma ismuka?".

Glodak! Saya bengong. Plonga-plongo.

Untungnya dia segera memberitahukan artinya, dan saya bisa menjawabnya.

Beberapa hari kemudian, saya mendapat surat yang memberitahukan bahwa saya diterima menjadi salah satu santri disini. yeeeaay. 

Saya jadi mikir, kok bisa ya? padahal rasanya ujian ujiannya gak ada yang tak kerjakan dengan beres, kebanyakan bahkan soal ujiannya saya tulis ulang sebagai jawaban. 

Ah, ternyata karena kuota santri baru masih tersisa, jadinya saya dimasukkan. Hahaha 

Dan kehidupan baru saya dimulai dari sini. Kehidupan yang ditakdirkan bagi saya untuk menyaksikan sendiri bahwa apa yang dibincangkan oleh mas Adi dan pak Shulhan dengan kekaguman hanyalah sebagian kecil dari hal-hal yang mengagumkan mengenai dirinya. 

*Bersambung

Perasaan tulisan saya ada beberapa yang bersambung deh, tapi sampe sekarang belum juga disambung-sambung -_-