Pikiran saya tak bisa berhenti
berkecamuk. Untaian-untaian hikmah yang saya baca dari kitab Al Hikam,
benar-benar membuat saya merasa seperti rusa tak berdaya yang dikejar singa,
cheetah dan gerombolan serigala secara bersamaan. Saya benar-benar ketakutan.
Andai saya bisa memanipulasi tubuh, pasti akan saya buat badan saya gemetar dengan peluh dingin yang terus bercucuran dengan liar, untuk menampilkan kesan betapa lembutnya tusukan mutiara kata karya Ibn ‘Athaillah yang bak pisau menancap, tak melukai tubuh, namun langsung mengoyak hati dengan hebat.
Saya seperti dipaksa untuk merenung. Memang, hampir tiap hari saya merenungkan perbuatan yang saya lakukan dari bangun tidur hingga hendak tidur kembali. Namun kali ini, perenungan saya berada di tingkat yang berbeda. Perenungan yang membuat saya sadar bahwa selama ini saya adalah manusia yang hina! Sangat hina!
Andai saya bisa memanipulasi tubuh, pasti akan saya buat badan saya gemetar dengan peluh dingin yang terus bercucuran dengan liar, untuk menampilkan kesan betapa lembutnya tusukan mutiara kata karya Ibn ‘Athaillah yang bak pisau menancap, tak melukai tubuh, namun langsung mengoyak hati dengan hebat.
Saya seperti dipaksa untuk merenung. Memang, hampir tiap hari saya merenungkan perbuatan yang saya lakukan dari bangun tidur hingga hendak tidur kembali. Namun kali ini, perenungan saya berada di tingkat yang berbeda. Perenungan yang membuat saya sadar bahwa selama ini saya adalah manusia yang hina! Sangat hina!
Entahlah, bahkan orang sekaliber
Ainur Rha’in, M.Th.I, kawan saya di pondok, yang juga bekerja sebagai dosen di
Unismuh Jember berpesan pada saya untuk tidak membacanya sendiri. Butuh guru
yang benar-benar mumpuni untuk mengajarkan kitab kelas berat seperti itu.
Bahkan dia pernah bercerita, kalau dirinya hampir dibuat “gila” oleh al Hikam.
Dimana pada saat itu, hari-harinya dipenuhi dengan rasa takut kepada Allah pada
segala sesuatu yang ia kerjakan. Dimana katanya, pada saat itu dia benar-benar
melakukan totalitas penghambaan yang amat sangat terhadap Tuhan.
**
“Takutlah
bila kebaikan Allaah selalu engkau peroleh pada saat engkau terus berbuat
maksiat kepada-Nya, itu bisa jadi lambat laun akan menghancurkanmu”
Entah, ini kebetulan macam apa.
Berkaitan dengan untaian Al Hikam di atas, saya seperti dituntun untuk membaca
Q.S Al A’raf(7):182 yang berarti, “Kami nanti akan menarik mereka dengan
berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dengan cara yang tidak mereka ketahui”.
Ngeri bos. Saya termenung cukup lama
setelah membaca itu. Pasti kita sering mengalaminya. Dimana nikmat Allaah tetap
mengalir deras, sementara kita melakukan maksiat seperti terbebas. Terbebas
dari penglihatan Allaah, terbebas dari ancaman Allaah. Adakah sekarang kita
merasa takut saat hendak bermaksiat? Adakah sekarang hati kita bergemetar dengan hina kala melanggar larangannya? Udah nggak! Mati, hati kita telah mati!
Saya ambil contoh dari apa yang sekarang sudah
terlihat biasa.
Pacaran. Lihat, bagaimana
membudayanya pacaran zaman sekarang. Mulai dari yang saling berpandangan, lalu
berpegangan tangan. Berangkulan, cari-cari kesempatan buat ciuman. Ciuman
berani, raba-raba sana sini makin menjadi-jadi. Lalu ... anda pasti tau sendiri
bagaimana itu berlanjut.
Pacaran itu zina bos, dan zina itu
termasuk salah satu dari beberapa dosa besar yang disebutkan Al Quran!.
“Gimana kalo pacaran islami?
Nggak pegangan tangan, nggak berangkulan, nggak ciuman? Kami kan pacaran buat
ngngetin sholat, menambah kualitas ibadah, menambah motivasi diri dll? Kami
pacaran dengan cara yang sehat kok ”
Coba baca hadits dibawah ini.
Dari Ma’qil bin Yasar ra, Nabi Saw
bersabda: “ Sungguh, bila kepala seseorang ditusuk dengan besi panas, itu
lebih baik dari pada dia menyentuh tangan wanita yang tidak halal baginya.”
(HR. At Tabrani dalam Al Mu’jam Al Kabir, 20/212/487 & Ar Ruyani dalam Al
Musnad, 2/323/1283)
Dari Abi Hurairah ra, Nabi Saw
bersabda: “Ditetapkan (ditakdirkan) bagi setiap anak Adam bagian dari
perbuatan zina. Pasti dia alami dan tidak bisa mengelak. Dua mata zinanya
melihat, dua telinga zinanya mendengar, lidah zinanya berbicara, tangan zinanya
menyentuh, kaki zinanya melangkah, hati zinanya berangan-angan, dan kemaluan
yang akan membenarkan atau mendustakan itu semua.” (HR. Muslim 6925)
Silahkan umbar aurat, silahkan
bersentuhan dengan lain muhrim yang tidak halal bagi kalian. Ah sudahlah,
kalo masih pengen tau gimana rasanya dihancurin sama Allaah, silahkan lakuin
itu semua, silahkan berzina ria.
Ada beberapa lagi untaian Al Hikam yang lain yang akan saya ulas di tulisan saya selanjutnya
to be continued ...

