Thursday, January 08, 2015

Ayo berzina !

Pikiran saya tak bisa berhenti berkecamuk. Untaian-untaian hikmah yang saya baca dari kitab Al Hikam, benar-benar membuat saya merasa seperti rusa tak berdaya yang dikejar singa, cheetah dan gerombolan serigala secara bersamaan. Saya benar-benar ketakutan.
Andai saya bisa memanipulasi tubuh, pasti akan saya buat badan saya gemetar dengan peluh dingin yang terus bercucuran dengan liar, untuk menampilkan kesan betapa lembutnya tusukan mutiara kata karya Ibn ‘Athaillah yang bak pisau menancap, tak melukai tubuh, namun langsung mengoyak hati dengan hebat.

Saya seperti dipaksa untuk merenung. Memang, hampir tiap hari saya merenungkan perbuatan yang saya lakukan dari bangun tidur hingga hendak tidur kembali. Namun kali ini, perenungan saya berada di tingkat yang berbeda. Perenungan yang membuat saya sadar bahwa selama ini saya adalah manusia yang hina! Sangat hina!

Entahlah, bahkan orang sekaliber Ainur Rha’in, M.Th.I, kawan saya di pondok, yang juga bekerja sebagai dosen di Unismuh Jember berpesan pada saya untuk tidak membacanya sendiri. Butuh guru yang benar-benar mumpuni untuk mengajarkan kitab kelas berat seperti itu. Bahkan dia pernah bercerita, kalau dirinya hampir dibuat “gila” oleh al Hikam. Dimana pada saat itu, hari-harinya dipenuhi dengan rasa takut kepada Allah pada segala sesuatu yang ia kerjakan. Dimana katanya, pada saat itu dia benar-benar melakukan totalitas penghambaan yang amat sangat terhadap Tuhan.
**
“Takutlah bila kebaikan Allaah selalu engkau peroleh pada saat engkau terus berbuat maksiat kepada-Nya, itu bisa jadi lambat laun akan menghancurkanmu”

Entah, ini kebetulan macam apa. Berkaitan dengan untaian Al Hikam di atas, saya seperti dituntun untuk membaca Q.S Al A’raf(7):182 yang berarti, “Kami nanti akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dengan cara yang tidak mereka ketahui”.

Ngeri bos. Saya termenung cukup lama setelah membaca itu. Pasti kita sering mengalaminya. Dimana nikmat Allaah tetap mengalir deras, sementara kita melakukan maksiat seperti terbebas. Terbebas dari penglihatan Allaah, terbebas dari ancaman Allaah. Adakah sekarang kita merasa takut saat hendak bermaksiat? Adakah sekarang hati kita bergemetar  dengan hina kala melanggar larangannya?  Udah nggak! Mati, hati kita telah mati!

 Saya ambil contoh dari apa yang sekarang sudah terlihat biasa.

Pacaran. Lihat, bagaimana membudayanya pacaran zaman sekarang. Mulai dari yang saling berpandangan, lalu berpegangan tangan. Berangkulan, cari-cari kesempatan buat ciuman. Ciuman berani, raba-raba sana sini makin menjadi-jadi. Lalu ... anda pasti tau sendiri bagaimana itu berlanjut.
Pacaran itu zina bos, dan zina itu termasuk salah satu dari beberapa dosa besar yang disebutkan Al Quran!.
“Gimana kalo pacaran islami? Nggak pegangan tangan, nggak berangkulan, nggak ciuman? Kami kan pacaran buat ngngetin sholat, menambah kualitas ibadah, menambah motivasi diri dll? Kami pacaran dengan cara yang sehat kok ”
Coba baca hadits dibawah ini.
Dari Ma’qil bin Yasar ra, Nabi Saw bersabda: “ Sungguh, bila kepala seseorang ditusuk dengan besi panas, itu lebih baik dari pada dia menyentuh tangan wanita yang tidak halal baginya.” (HR. At Tabrani dalam Al Mu’jam Al Kabir, 20/212/487 & Ar Ruyani dalam Al Musnad, 2/323/1283)
Dari Abi Hurairah ra, Nabi Saw bersabda: “Ditetapkan (ditakdirkan) bagi setiap anak Adam bagian dari perbuatan zina. Pasti dia alami dan tidak bisa mengelak. Dua mata zinanya melihat, dua telinga zinanya mendengar, lidah zinanya berbicara, tangan zinanya menyentuh, kaki zinanya melangkah, hati zinanya berangan-angan, dan kemaluan yang akan membenarkan atau mendustakan itu semua.” (HR. Muslim 6925)
Silahkan umbar aurat, silahkan bersentuhan dengan lain muhrim yang tidak halal bagi kalian. Ah sudahlah, kalo masih pengen tau gimana rasanya dihancurin sama Allaah, silahkan lakuin itu semua, silahkan berzina ria

Ada beberapa lagi untaian Al Hikam yang lain yang akan saya ulas di tulisan saya selanjutnya 
                                 


                                                                                                   to be continued ...