Aku menyimpan wajahmu dalam getir waktu, menjadi butir gerimis yang menjatuhkan bulir tangis mataku. (@Ojinx_)
***
Sialan sialan sialaan... Satu persatu
bayang-bayang rindu yang bertalu-talu mulai mengambil alih diriku. Hampir tiga
jam kuhabiskan hanya untuk melamunkan berbagai memoar, lengkap dengan
pergantian senyum dan beberapa butir air mata yang tak ku sadari mulai
menggerayang. Dari dalam tempat yang suci, aku beranjak menepi, bersembunyi dalam sepi...
Aneh, tanpa diketahui sabab-musababnya, aku
mulai merindukan omelan ibu karena kemalasanku mencuci piring, rengekan adikku, sambal buatan bapak, rujak mbak Ni, ah
segala hal yang berbau kampung halaman memang selalu sukses merangsang aktifnya sisi melankolisku yang ingin
kusembunyikan dari dunia.
Aku juga mulai merindukan merdunya tilawah
mas Adi dan mas Parto, perdebatan dengan mas Idin, hinaan mas Wahyu,
keperkasaan Tama bermain PES, kemisteriusan mas Fatoni, permainan futsal mas
Fian, kentut mas Abid, seruan gibol mas Fadli dan masih banyak lagi. Juga
bagaimana kecanggungan kami kepada ustad Laghani ketika mendengar beliau melantunkan adzan saat tidak
ada satupun anak yang berada di masjid untuk menyerukan kalimat-kalimat suci
yang kini mulai terabaikan. Al Fanani, kau harus bertanggung jawab atas
kerinduan ini!
Tak
hanya berhenti disitu. Betapa menyebalkannya sikap Anang membuatku merindu.
Begitu pula berbagai kenangan bersama dengan Ilham, Tiko, Rio dan sambal
gorengnya, duo Rijal, Widy, Memet, Aho dan kiriman nasinya, Agil, Puguh, mas
Ajis, mas Tirto, mas Shindu, mas Bustenji, mas Wildan, mas Rijal, mas Amilin,
mas Fikri dll. Berbagai momen mengenai betapa konyol dan panasnya rivalitas
antara kamar wetan dengan kamar lor.
Tak ketinggalan pula pak Kyai, bu Nyai dan
mbak Dinda yang jadi "perebutan" kami kendati dia sudah bersuami. Oh
ya, jangan khawatir, lesung pipit senyumane samean isih tergambar jelas
dimemoriku mas Pur, semoga kau bahagia disana...
Tak ketinggalan Reyhan, Yusron, Udin,
Faruq, Yogi, Romi, ah seluruh teman sekelas dan lain kelas pokok'e wes.
Kompetisi PES, Jebakan tipe-x, saling menyembunyikan buku lalu menggambar
"anu" dibuku teman-teman yang disembunyikan, persekongkolan
untuk ngetrek-ngetrek Ponidi, kebejatan Dodon dkk, "kefasihan"
Vicky saat membaca teks dengan cepat, saling tuduh dan fitnah atas adanya
kentut maupun "mengada-adanya" kentut dalam kelas.
Hahaha. Juga masih tergambar jelas,
bagaimana perbedaan air muka kalian saat melihat pak Khol** dengan melihat bu
Khoir.
Kenangan akan dosa pada banyak guru, terutama pada bu Indah. Heh wes njaluk sepuro a rek?
Kenangan akan dosa pada banyak guru, terutama pada bu Indah. Heh wes njaluk sepuro a rek?
Atas semua itu, bagaimana mungkin aku
melupakannya? Hei, Yovie masih kalian ingat kaaan?
Militansi yang diajarkan mas Nuzur, pak Hadi, mas Hutri, bang Apoy dan banyaaaak lagi teman-teman aktivis dari berbagai golongan lainnya juga turut serta menyumbang haru yang harus ku jalani sendiri.
Begitu pula dengan kekonyolan
saat SMP, khususnya di kelas SOGE. Huh, tidak ada yang bisa kuungkapkan
mengenai kalian. You are simply the best!
Lebih khusus lagi untuk Ajiji, Yudha,
Mamak. Eh tenan sepurane rek lek aku ngilang, gak tau ngabari, gak tau
silaturrahmi. Sepuraneeeee. Penjalukan sepuraku isih durung kasep kan?
Ah sialan, entah apa yang merasukiku sekarang. Tengah malam sudah terlewati. Aku lantas berbaring. Pojok kanan masjid Al Falah memang paling nyaman untuk melelapkan diri.
***
Kelak, jika kau tak ditakdirkan bersamaku, simpanlah kita pada tempat paling bahagia. (@bilangansenja)


0 komentar:
Post a Comment