03 Januari 2015
Sensasi ini, seperti ada sesuatu yang berdesir berulang-ulang, mencoba mempermainkan hati. Bulu kuduk saya rasanya terus menerus berdiri, bukan karna ngeri. Emosi yang ia kemas dengan rapi saat membaca ayat tentang ancaman maupun janji Tuhan benar-benar ... ah speechless.
Lengkingan nada tinggi dari hijaz nya syaikh Hani al Rifa’i, perpaduan rast dari Syaikh Sudais dan syaikh Mathrud, permainan nada kromatis lagu bayyati ala syaikh Khalid al Ghamdi, sampai lagu bernuansa teduh ala syaikh Mishari al Afasy, ia lantunkan bergantian dengan sangat manis. Sempurna!.
Sensasi ini, seperti ada sesuatu yang berdesir berulang-ulang, mencoba mempermainkan hati. Bulu kuduk saya rasanya terus menerus berdiri, bukan karna ngeri. Emosi yang ia kemas dengan rapi saat membaca ayat tentang ancaman maupun janji Tuhan benar-benar ... ah speechless.
Lengkingan nada tinggi dari hijaz nya syaikh Hani al Rifa’i, perpaduan rast dari Syaikh Sudais dan syaikh Mathrud, permainan nada kromatis lagu bayyati ala syaikh Khalid al Ghamdi, sampai lagu bernuansa teduh ala syaikh Mishari al Afasy, ia lantunkan bergantian dengan sangat manis. Sempurna!.
Memiliki perawakan yang
Pagi merona pucat
Seperti biasa, Tuhan tak pernah terlalu sibuk menata rapi butir-butir cumulonimbus.
Dibawah payung, dua insan makin rapat menggenggam. Dalam jas hujan, tangan mengait semakin kencang.
Sedang disini, lampu mati. Kunyalakan sunyi lalu mendekap cekam, sendirian.
Seperti biasa, Tuhan tak pernah terlalu sibuk menata rapi butir-butir cumulonimbus.
Dibawah payung, dua insan makin rapat menggenggam. Dalam jas hujan, tangan mengait semakin kencang.
Sedang disini, lampu mati. Kunyalakan sunyi lalu mendekap cekam, sendirian.
~mus syafaqa
*GAKPENTINGABAIKAN!
Hujan yang rada lebat rasanya semakin menambah suasana spiritual saat kami bertiga melakukan sema'an ringan didalam masjid Al Qalam pagi ini.
Selain saya dan mas Adi, ada pula mas Idin, seorang filsuf medioker yang terus konsisten dengan lagu yang ia buat semirip mungkin dengan syaikh Al Mathrud, ia mengaji sambil terkadang mengepal dan mengacungkan tangan, memejamkan mata dan menggeleng-geleng kepala saat memainkan nada tinggi, mencoba menghayati kandungan ayat yang ia baca. Kami tertawa ringan tiap kali si mas Idin melakukan hal tersebut.
Akhir Juli 2014
Bulan dimana saya pertama kali menginjakkan kaki dengan status sebagai pemain gibol resmi Al Fanani, sebuah tempat bernaung semi pondok yang berada dibawah naungan Muhammadiyah. Keluarga besar saya, yang berlatar belakang NU, jelas sangat menentang keberadaan saya disini. Semenjak saya mondok disini, cap anak pembangkang dan anak yang sombong seakan melekat pada diri saya. Ah begitulah, fanatisme golongan yang biasa terjadi di Indonesia.
“Di Madura itu 95% orang Islam, 5% sisanya Muhammadiyah”.
"Wong kuwi jane apik nemen, sayang de'e Muhammadiyah".
Dan masih banyaak lagi celot(ehan)-celot(ehan) yang mendiskriminasikan Muhammadiyah. Padahal Imam Syafi'i mengatakan kalau fanatisme itu identik dengan kebodohan. Ah sudahlah, bukan itu yang hendak dibahas disini...
“Di Madura itu 95% orang Islam, 5% sisanya Muhammadiyah”.
"Wong kuwi jane apik nemen, sayang de'e Muhammadiyah".
Dan masih banyaak lagi celot(ehan)-celot(ehan) yang mendiskriminasikan Muhammadiyah. Padahal Imam Syafi'i mengatakan kalau fanatisme itu identik dengan kebodohan. Ah sudahlah, bukan itu yang hendak dibahas disini...
![]() |
| Idul adh a |
Keren! Itulah kesan pertama saya saat pertama kali tiba disini. Hampir setiap kamar rasanya memiliki perpustakannya sendiri. Hampir setiap anak tidak puas jika hanya memiliki sebuah mushaf untuk mengaji. Tanpa dikomando, sebagian anak disini akan langsung meninggalkan aktivitas untuk sholat saat adzan berkumandang. Sungguh suasana yang jauh sangat berbeda dengan kos kos saya yang lama.
![]() |
| Penulis bersama mas Rha’in |
Cukup bangga saya bisa berada disini, memiliki teman-teman hebat sekaliber :
#mas Rha’in dan mas Sulkhan,
#mas Wahyudi yang akan membuat orang yang dihinanya merasa menyesal telah terlahir didunia. Namun dibalik itu, tingkat keistiqamahannya cukup keren.
#mas Adi, akhi Mansyur, mas Parto, mas Ikhsan dan mas Jo yang selalu membuai kami dengan alunan murattal yang mendayu-dayu.
#mas Fian yang tak pernah memiliki waktu yang benar-benar senggang kecuali saat gibol dan membicarakan si 'Citra Kirana' dengan saya.
#bli Hendra, mas Sahidi, Tama, Danil, dll -PES mania-
#mas Samsul Ngok, orang yang mengubah mindset kami, bahwa nggak selamanya orang berwajah preman, radikal dan menaiki V-ixion memiliki kepribadian buruk.
#4bocahAmbon, yang su jau-jau pigi ke Jawa tinggalkan Ambon manise tuk timba ilmu. Katong seng akan kecewakan si mama sama si papa sayange.
#mas Idin yang tiap hari melatih kesabaran teman-temannya sampai ke puncak yang tinggi.
#mas Rohmad, pengikut Trenggalekisme yang bahkan rasanya, berbicara seperti menggunakan langgam jowo. Soal pewayangan, ojo diremehno bos.
#mas Solikin. Sekilas dari penampilan, sehari-harinya ia tampak seperti Serizawa dengan postur seperti Takiya Genji. Namun siapa sangka, 30 juz sudah dia khatamkan!
#dan masih banyak lagi. (untuk info lebih, atau mungkin ingin mencari calon suami dari sini, silahkan hubungi saya)
| mas Adi - Penulis - mas Wahyudi |
to be continued ...


