Saturday, May 31, 2014

Asuhlah Kami, Ibu Pertiwi

Indonesia.‭ ‬Sampai sekarang,‭ ‬saya tak paham dengan apa itu Indonesia selain nama sebuah negara.‭ ‬Yang saya tau,‭ ‬Indonesia adalah gugusan tanah dengan segala sesuatu yang beragam.‭ ‬Keberagaman yang bahkan tak bisa dijabarkan oleh macam-macam warna pelangi dan kebun kecil dengan segala macam sayuran di samping rumah Pak Budi,‭ ‬orang dan kebun yang sering muncul di ujian Bahasa Indonesia saat saya masih SD.

Kita semua tau,‭ ‬Indonesia memiliki budaya,‭ ‬adat istiadat,‭ dan ‬kepercayaan yang beragam.‭ ‬Namun bukan keberagaman itu yang akan‭ ‬saya bahas disini.‭ ‬Keberagaman pola pikir masyarakat,‭ ‬itu yang menarik untuk dibicarakan.‭

‬Mulai dari kaum berdarah biru yang dipenuhi kemewahan dan kemudahan hidup,‭ ‬sampai kaum yang berdarah-darah untuk mempertahankan hidup.‭ ‬Mulai dari sekolompok sosialita yang mengadakan kocokan arisan‭ ‬1‭ ‬milyar di pesawat sambil bertravelling ke mancanegara,‭ ‬hingga para wanita yang‭ ‬membutuhkan milyaran untuk menebus kepala mereka,‭ ‬menebus nyawa dari hukuman mati.

Saya pernah membaca artikel tentang sekelompok istri para konglomerat superkaya yang mengadakan kocokan arisan di pesawat,‭ ‬pesawat jet pribadi milik salah satu peserta arisan bro‭!‬.‭ ‬Wow.‭ ‬Jujur,‭ ‬sekaya apapun mereka,‭ ‬saya tetap miris membaca artikel tersebut.‭

‬Sadarkah mereka‭? ‬mereka terbang diatas orang yang berupaya menjual ginjal untuk menebus ijazah anaknya,‭ ‬diatas orang-orang yang memungut sisa-sisa makanan di tiap tempat sampah di penjuru kota.‭ ‬Menurut‭ ‬Jenny‭ (‬nama disamarkan‭) ‬salah seorang narasumber yang juga merupakan anggota arisan elit tersebut,‭ ‬mereka berbicara‭ ‬ngalor-ngidul,‭ ‬menuang wine,‭ ‬bercanda dan tertawa didalam pesawat dalam balutan baju santai.‭ ‬Lemak menyembul di setiap celah baju mereka.‭ 

Tunggu‭

‬Bahkan lemak yang menyembul tersebut tak diperhatikan,‭ ‬apalagi dengan terpuruknya kondisi orang-orang‭ ‬cilik‭ ‬seperti yang telah saya sebutkan diatas‭?

Sebagian dipakai untuk bersenang-senang,‏ ‎sebagian disumbangkan ke lembaga sosial‭”‬.‭ ‬Kurang lebih begitulah yang disampaikan Jenny dalam artikel yang saya baca.‭ ‬Jadi intinya,‭ ‬masih ada kepedulian dalam masing-masing dari mereka.‭ ‬Walaupun‭ ‬begitu,‭ ‬bukankah memakai pesawat jet untuk mengocok arisan dan bersenang-senang dengan uang sebegitu‭ ‬banyaknya termasuk dalam kategori berfoya-foya‭?‬ Bukan‭ ‬berniat menghakimi.‭ ‬Tapi,‭ ‬apakah ada agama yang menganjurkan umatnya untuk berfoya-foya‭? ‬Jelas‭ ‬tidak ada‭!‬.

Berikut adalah kutipan tentang boros/berfoya-foya yang berhasil saya kumpulkan‭ ‬:

‏“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Q.S Al Isra’ : 26-27)

Hai anak Adam,‭ ‬pakailah pakaianmu yang indah disetiap‭ ‬(memasuki‭) ‬masjid,‭ ‬makan dan minumlah,‭ ‬dan janganlah berlebih-lebihan.‭ ‬Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan‭”‬.‭ (‬Q.S Al A`raaf‭ ‬:‭ ‬31‭)

Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang.‏ ‎Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka‭”‬.‭ ‬(1‭ ‬Timotius‭ ‬6:10‭)

Sebenarnya masih banyak lagi ayat-ayat pada Alquran dan kitab-kitab lainnya yang melarang kita berbuat boros dan berfoya-foya.‭ ‬Anda bisa browsing sendiri untuk mencarinya.

‏**

Lantas bagaimana dengan golongan orang-orang‭ ‬cilik‭? ‬Orang-orang tidak mampu‭?  

‏Banyak sekali orang-orang tidak mampu yang pasrah dengan keadaan, menjalani hari dengan biasa, mengerjakan apa yang bisa dikerjakan, bermalas-malasan, lalu menyalahkan keadaan, seperti terlahir dari keluarga yang tidak mampu, atau mungkin bangkrut karena tertipu. 

Hey, bukankah Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum kalau bukan kaum tersebut yang mengubahnya sendiri? 

Bukankah saat kecil Dahlan iskan juga hidup dengan kemiskinan? yang hanya memiliki satu celana pendek, satu baju dan satu sarung?. Lihat, siapa dia sekarang.

Bukankah masa kecil Mario Teguh dihabiskan dalam kemiskinan?. Lihat sekarang, dia adalah motivator termahal di Indonesia! soal gaji, tak usah ditanya lagi.  

‏Saya juga sering mendengar celotehan-celotehan tidak bermutu semacam ini,  “Gak usah susah-susah kerjo seng penting mati melbu surgo”. Intinya mereka mengatakan hal seperti "untuk apa bekerja didunia, toh nanti bisa hidup enak surga, asalkan ibadah dijaga". Saya tertawa dalam hati. Mereka rupanya tidak sadar, bahwa perkataan mereka itu mengejek junjungan mereka sendiri, Nabi Muhammad SAW.

Bukankah Nabi Muhammad sudah dijamin masuk surga? lantas mengapa beliau masih bersusah payah bekerja? masih berdagang? Nabi Muhammad yang sudah terjamin masuk surga saja masih bekerja. Kita yang tiap hari  berbuat dosa kok malah menghindari bekerja dengan alasan ibadah, dan dengan yakinnya berbicara akan masuk surga. Bukankah dalam Alquran juga sudah tercantum perintah untuk bekerja?

‏“Kami telah membuat waktu siang untuk mengusahakan kehidupan (bekerja)” . (Q.S An Naba’: 11)

Kami telah menjadikan untukmu semua di dalam bumi itu sebagai lapangan mengusahakan kehidupan (bekerja). Tetapi sedikit sekali di antaramu yang bersyukur.” (Q.S Al A’raf: 10)

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.” (Q.S Al-Jum’at: 10)

Sudah jelas kan? Allah menyuruh kita bekerja. Bukan berarti kita meninggalkan pekerjaan untuk hanya beribadah pada Allah. Dalam surat Al Jum’at juga dijelaskan, “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah” yang berarti bahwa ibadah harus diutamakan, tapi jangan lupa untuk bekerja.

Ini malah lebih parah dari bapak-bapak diatas. Tiap saya berangkat sholat jumat, saya sering melihat anak-anak sekolah yang  merokok dengan santainya dibawah pohon ceri.  Tentunya, mereka tidak mengikuti sholat jumat. Setelah sholat usai, saya beranikan diri untuk bertanya pada mereka, alasan kenapa mereka tidak sholat jumat. Untungnya mereka tidak merasa tersindir atau marah dengan perkataan saya.

Sek enom mas, engko lek wes tuek tobat aku”, jawab salah satu dari mereka, diikuti tawa yang bersahutan dari teman-temannya. Sepertinya, setan tertawa lebih keras dari mereka saat itu. Dan saya juga ikut tertawa. Saya tak begitu paham dengan alur pikiran mereka. Nampaknya, maut dan ajal masih kurang kuat untuk menjadi pelajaran bagi mereka.

Saya juga mempunyai teman disekolah saya, yang selalu pamer dengan skill mautnya, menenggak minuman keras. Dengan bangganya dia mengatakan pernah menenggak hingga berliter-liter arak sendiri saat sore, mabuk tak karuan, tertidur tak sadarkan diri hingga siang harinya. Membanggakan diri dengan hal baik yang kita kerjakan adalah perbuatan buruk, karena itu termasuk sombong. Tapi, termasuk perbuatan apakah bila kita bangga dengan hal buruk? 

Oh God, i’m sick of this life

Indonesia, mau jadi apa dirimu bila kau biarkan generasimu semakin rusak tiap tahunnya?

Asuhlah kami dengan ketat Ibu Pertiwi, tolong jadilah lebih ketat dari Pak Prayit yang selalu memeriksa kelengkapan atribut sekolah tiap siswa di pintu gerbang saat pagi hari, dan menyuruh siswa push up 50 kali saat melanggar aturan atribut sekolah. Jadilah lebih keras dari Pak Imam dengan kayu yang selalu siap membunuh rasa malas berdisiplin diri. Tolonglah Ibu Pertiwi, didiklah kami lebih baik lagi, perbaiki pola pikir kami dan seluruh generasi mendatang. 

Bukankah kau juga ingin namamu dinyanyikan dengan terhormat di mata dunia, Ibu Pertiwi?