![]() |
| Mamduh. *Candid |
Seharian kemarin, ada dua halal bihalal yang tak pernah terbayangkan akan kami (saya dan bro Mamduh) datangi.
Yang pertama adalah halal bihalal PERKI. Mbuh apa singkatannya, saya lupa. Kalau saya ndak keliru, 'K'nya itu kardiovaskuler. Yang jelas, semua yang datang itu adalah keluarga dokter-dokter. Ada banyak dokter spesialis juga. Hingga saya merasa aman-aman saja kalau misalkan tiba-tiba saya tipes disana. Haha
Conference room dari salah satu hotel bintang 5 di Solo menjadi tempat diselenggarakannya halal bihalal tersebut. Tentu saja, saya dan Mamduh bukan berstatus sebagai undangan. Kami hanya mengiyakan ajakan Dr Muinudinillah Basri untuk menghadiri kegiatan tersebut. Beliau sendiri akan mengisi tausiyah pada halal bihalal tersebut. Jadi ceritanya, seusai berbincang santai dengan beliau sejak sekitar jam 8 pagi, kami berangkat ke Hotel The Royal Surakarta Heritage dengan menaiki mobil yang beliau setir sendiri pada pukul 09.30, dan sampai di lokasi setengah jam kemudian.
![]() |
| Dr Muinudinillah sedang mengisi tausiyah |
Saya pribadi gelisah ketika memasuki ruangan tersebut. Betapa tidak, karpet ruangannya begitu empuk, tapi kami tak diperkenankan melepas alas kaki. Ini rasanya semacam memakai baju mahal, baru nan wangi dalam keadaan keringetan pol, setelah ngecor bangunan pula. Ra biasa, bray.
Sewaktu break, saya ngikut2 dokter-dokter didepan yang mengambil kudapan beberapa jenis makanan ringan dengan garpu, dan memakannya menggunakan garpu itu pula. Lha saya ikut-ikut ngambil pakai garpu, tapi kesulitan saat harus memakannya menggunakan garpu pula. Akhirnya, tak sikat nggo tangan saja. Bukannya kampungan, hanya saja kalau hal-hal mudah janganlah dipersulit. Tapi tadi saya sempat makan kacang pakai garpu Lo. Keren kan.
![]() |
| Iki mbuh ndek ndi |
Yang kedua adalah halal bihalal RT. Mbuh itu RTnya siapa. Lha wong diajak buat makan-makan, ya kami iyakan saja. Lumayan lah, dengan mengikuti halal bihalal ini, kami bisa sedikit menghemat, agar uangnya bisa ditabung untuk menghalalbihalalkan si dia kelak. Haha.
Ada sesi yang menarik. Jadi, anak2 kecil yang hadir diminta untuk maju dan mengambil kertas origami. Hadiah-hadiah sudah disiapkan bagi mereka yang mau membuat origami dan maju untuk memperkenalkan karyanya ke depan. Nah, ternyata kebanyakan dari mereka membuat karya pesawat dan burung. Sudahlah agak ribet, mainstream pula.
Sebenarnya ada beberapa opsi origami yg mudah dan sepertinya belum pernah dikerjakan, seperti origami selimut. Tinggal lipat-lipat saja menjadi persegi, atau di untel-untel (di umek-umek) juga boleh bagi mereka yang malas untuk melipat. Lalu bilang saja kalau itu origami selimut.
Atau lipat sisi-sisinya sedikit saja. Itu bisa jadi origami taplak meja. Atau bisa juga membentuk topi ulang tahun. Lumayan, topinya bisa dipakai untuk membungkus dan membawa pulang camilan. Origami jas hujan tenda juga mudah. Apalagi origami kertas origami. Ya sudah. Ndak usah di lipat lagi. Tetew
Tapi entahlah. Barangkali saya saja yang terlalu bodoh jika menganggap hal2 seperti itu sebagai karya origami. Maaf. Bahkan rasanya, saya terkesan menurunkan standar origami yang biasanya dibuat dengan indah, presisi dan ketelitian yang tinggi, serta kesabaran mengendalikan emosi. Iya, origami itu bisa digunakan sebagai media melatih emosi, terlebih jika saat anda sedang khusyuk2nya membuat origami, lah tiba-tiba anda disenggol teman. Nyenggolnya pakai sepeda motor dengan kecepatan 50 km/jam pula. Emosi to? Eh jangan sampai emosi. Ingat, anda sedang mengerjakan origami.
Tapi, andaipun ada yang melakukannya, wah dia pastilah orang yang memiliki kemampuan berpikir yang out of the box. Entahlah. Out of the box atau malas ya? Haha
Eh, btw saya sudah halal bihalal sampai Solo, lho. Jadi, kira-kira kapan saya bisa halal bihalal ke rumah njenengan sembari menghalalbihalalkan njenengan?




0 komentar:
Post a Comment