Sunday, May 21, 2017

Tergantung si Dia

11

2 jam yang saya habiskan di Ponpes Darul Istiqomah semakin menegaskan kata-kata yang sering meluncur dari orang-orang hebat dengan hati yang selalu membumi... 

"Tergantung orangnya..."

Ustad Imam merupakan figur teladan yang sepertinya, saya pun tak bisa menandingi seujung jarinya. Bahkan disini, julukan "wali" dan "malaikat" sering disematkan kepada Ustad Imam berkat ke-anu-annya yang sulit tergambarkan. Begitu pula dengan Afif. Jangankan Al-Qur'an yang menjadi fokusnya disini. Bahkan pemain-pemain bola tidak terkenal dari klub-klub medioker pun dia hafal!. 

Keduanya adalah jebolan dari Ponpes Darul Istiqomah Bondowoso. Bertemu dengan sosok seperti mereka tentu saja memicu keinginan saya untuk mengetahui seperti apa lingkungan yang menempa mereka dahulu. Ternyata biasa saja. Tak ada yang istimewa. Namun dari ke-biasa-an tersebut, mereka mampu menjadi output yang benar-benar istimewa.

Ada juga Mas Amin. Pemilik julukan "menangan" ini dulunya juga menuntut  ilmu di pesantren yang terletak di Pesanggaran, yang (menurut saya) juga biasa saja. Tak ada yang istimewa kecuali aura Kyai Zakaria, pengasuh pondoknya, yang membuat leher saya setengah merinding ketika mendengar beliau berbicara. Namun, ia (Mas Amin) kini menjadi sosok yang salah seorang Ustadz atasan disini berkata,"Jangankan sampean (bicaranya ke akhwat lo), bahkan kami para ustadz pun kagum padanya".

Begitu pula dengan Pakdhe Ruhul. Beberapa waktu yang lalu, saya sempat diajak untuk menemani dia ke pondoknya di Malang dahulu. Namun kondisi tubuh saya yang masih belum pulih dari sakit membuat saya harus melewatkan kesempatan untuk jalan-jalan dengan gratis tersebut. Akhirnya dia menjelaskan kalau pesantrennya dahulu hanyalah berbentuk rumah biasa. Kecil. Tak ada yang istimewa. Namun, Pakdhe Ruhul disini menjadi imam sholat yang jika ia membaca dengan luaaamaa pun, para jamaah tetap merasa ikhlas dan tetap senang sekalipun mereka harus menahan kaki-kaki yang mulai kemeng dan pegel-pegel.

Catat. Keempat orang diatas sudah memiliki prestasi nasional looo.

Berbeda dengan saya. Proses penempaan santri di Ibnu Katsir menurut saya lumayan keren. Fasilitas juga bagus. Nyaman. Banyak pula teman-teman berkualitas dan berprestasi seperti yang saya sebutkan diatas. Para ustadz juga memiliki kualifikasi yang keren. Lah tapi saya disini sekan-akan menjadi kerupuk mlempem. Tetep aja nggak bisa apa-apa sekalipun sudah hampir dua tahun menuntut ilmu disini. Jangankan bicara tentang kualitas dan prestasi. Bahkan target-target standar disini pun gagal saya penuhi. Ah, Kalau saja baca 100 chapter komik dalam 4 jam merupakan sebuah prestasi, berarti saya punya prestasi yang (sepertinya) kurang bisa dibanggakan...

***

Karena (hampir) semua pencapaian itu memang tergantung orangnya. Bukan karena bakat atau kecerdasan yang diatas rata-rata. Tapi lebih ke-bagaimana seseorang bisa meninggalkan sesuatu yang tak bermanfaat untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri dan orang lain. Bagaimana seseorang itu terus mengasah skill-skill yang ia miliki sambil menutup celah-celah kelemahan yang ada dalam dirinya. Bagaimana seseorang itu bisa menahan untuk tak melakukan sesuatu yang "mengenakkan" dan lebih memilih untuk melakukan sesuatu yang "tidak mengenakkan" karena mereka memiliki visi yang jauh kedepan. 

Karena tanpa perjuangan keras, Midoriya Izuku takkan mampu mewarisi One For All. Begitu pula dengan Aster yang tak mempunyai mana sedikitpun. Kegigihannya berjuang membuat ia bisa menerima 5 leaf clover!. Belum lagi Naruto, Luffy, Natsu, Meliod........

Eh sek tunggu. Piye, kowe paham opo ora? 

*diam tidak ada jawaban

Lah menurut kowe gimana? Bener nggak kalo pencapaian seseorang itu lebih tergantung ke masing-masing individunya daripada lembaga yang menaunginya? 

"Gak tau mas... Kalau saya sih tergantung dia mas"

Hah? maksudnya apaan?

"itu lo mas... Saya lagi digantungin sama dia... Anuuu, hubungan asmara kita lagi nggantung..."

Aduh kowe ngomong opo seh?

"Susah ngomong sama orang nggak peka kayak kamu mas... apalagi masalah ginian..."

Peka? Peka itu gambar lokasi/denah suatu tempat ya? *pura-pura gak tau perbedaan peka dengan peta.

"IYA! GAMBAR LOKASI PERNIKAHAN ORANG YANG KAMU SUKA YANG SUATU SAAT AKAN NIKAH SAMA ORANG LAIN MAS!!!"

Lah lah lah. Ojo ndungo ngunu bos... Ampun ampuun 😥


11 comments:

  1. Satu lagi prestasimu yang membanggakan selama di smk nak, yaitu tidak tidur dikelas selama sebulan.

    oh iya..... tapi tidurnya di kos kosan kan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. ah bisa aja bercanda bu/pak hahaha

      kan lagi sakit, yang penting bukan bolos hehe

      Delete
  2. ga muleh fiq? ayo bal balan

    ReplyDelete
    Replies
    1. romadon wayae ngaji ki duk bal balan hahaha

      Delete
    2. berarti sek ono jember awamu? ayo meet up haha, tak parani nang pondokanmu gapopo a?

      Delete
    3. njaluk nomermu ae ki, kirim lwt kene utowo fb yo kenek

      Delete
    4. 082147573698
      iku fiq nomerku, tapi cumak isok WA haha sek gaduwe pulsa

      Delete
  3. "Susah ngomong sama orang nggak peka kayak kamu mas... apalagi masalah ginian..."

    "IYA! GAMBAR LOKASI PERNIKAHAN ORANG YANG KAMU SUKA YANG SUATU SAAT AKAN NIKAH SAMA ORANG LAIN MAS!!!"

    familiar sama kalimat itu, ada yang bilang gitu ke kamu ya fiq ?


    ReplyDelete