Friday, June 06, 2014

Demokrasi oh Democrazy

Jangankan koalisi, jangankan konvensi
Bahkan demokrasi sekalipun, kami tidak mengerti.
Bukankah fakta dan realita berbicara lebih banyak?
Dan kenyataan, jauh berbeda dengan definisi demokrasi yang diajarkan di sekolah

Prinsip demokrasi masih tertulis dengan rapi di buku PKn ku
Mewujudkan kedaulatan rakyat?
Persamaan kedudukan di depan hukum?
Korupsi 12,58 M & US$ 2.35 juta dihukum 4,5 tahun penjara | Pencuri sandal “hanya” dihukum 5 tahun penjara. Hampir “sama” kan? Mungkin inilah yang dimaksud persamaan.
Peradilan yang jujur dan tidak memihak untuk mencapai keadilan?
Siapa yang tak kenal dengan Akil Muchtar? Atau mungkin Urip Tri Gunawan & Artalyta Suryani?

M. Mustofa S.
**

Pesta Demokrasi. Rupanya, demokrasi yang bukan manusia pun bisa berpesta. Beberapa bulan sebelumnya, juga telah dilaksanakan pemilihan wakil rakyat. Lagi-lagi, pemilihan ini juga tak sama dengan apa yang diajarkan ketika saya masih SD. Guru-guru bahasa Indonesia, PKn, dan IPS selalu mengajarkan untuk bermusyawarah dahulu guna menyelesaikan sesuatu. Barulah melakukan voting setelah tidak ada kata mufakat. Saya yakin, anda semua juga mengetahuinya. Tapi dalam pemilihan kemarin, saya tidak melihat ataupun mendengar adanya permusyawaratan untuk memilih wakil-wakil rakyat. Semua itu ditentukan dengan voting. Suara terbayak, dia yang menang. Intinya, untuk apa pendidikan seperti itu diajarkan bila tak sesuai kenyataan? Mana yang salah? Pendidikan atau kenyataan?


Bagaimana dengan pemilihan presiden nanti? Bukankah akan ditentukan dengan suara terbanyak pula? Ya benar. Lihat saja, dua orang calon Satrio Piningit  yang diramalkan Jayabaya berusaha menarik dukungan dimana-mana.  Mereka berkunjung kesini-situ, merangkai janji, menawarkan perubahan menuju kejayaan. Tahukah anda pak? karena rivalitas anda, kami disini saling mencaci-maki, saling membenci, bahkan saling anarki antar kubu. Saling mendiskriminasi, bahkan mengintimidasi. Tak percaya? salah satu kasusnya, bisa anda baca DISINI.

Ada yang bilang pak Jokowi bukan orang yang amanah. Ya, saya mendengarnya sendiri. Lucunya, yang berkata seperti itu juga bukanlah orang yang memegang amanah. Bagaimana tidak? Kau diberi uang saku oleh ibumu untuk kepentingan sekolah bro, tapi malah kau gunakan untuk berpacaran dan memodifikasi sepeda motormu dengan tidak jelas, membeli rokok, dan menghabiskan uang tabunganmu perbulan hanya untuk sekedar menghangatkan diri dengan arak yang kau tenggak. Dan kau dengan sucinya berkata bahwa pak Jokowi bukanlah orang yang memegang amanah. Bro, jangan hanya memakai cermin untuk membetulkan dandanan rambutmu !!

Bagaimana dengan pelanggaran HAM yang dilakukan pak Prabowo?

After thousands of our own mistakes, we never hate ourselves. A single mistake from others? we  hate them ! How pitiful !

Saya rasa, ungkapan diatas tidak berlebihan. Kita memang tak pernah membenci diri sendiri bahkan setelah kita melakukan banyak kesalahan, dan langsung membenci seseorang atas kesalahan yang ia perbuat. Bukankah begitu kawan?


Kembali lagi ke sistim demokrasi Indonesia.

Bukan karena Jokowi ataupun Prabowo nggak punya kebaikan. Yang menjadi soal, sistem demokrasi itu sistem jahiliyah. ~ Mainstream Media Indonesia 
 

Jahiliyyah? Jahilyyah dari mana?

Fakta di Indonesia dengan Mengadopsi Sistem Demokrasi ini…
Di Indonesia, data menunjukkan angka aborsi mencapai 2,2 juta setahun. Untuk situs porno ada 4,2 juta didunia dan 100 ribu di internet Indonesia (Taufik Ismail, budayawan Indonesia, Al- Wa’ie hal 19, edisi Agustus 2008). Menurut Sekjen Aliansi selamatkan Anak Indonesia, Inke Maris, Indonesia menduduki peringkat ketiga pengakses internet dengan kata seks (Republika, 22/9/2009). Bahkan Indonesia sudah sejak beberapa waktu lalu dinilai sebagai “surga Pornopgrafi” kedua setelah Rusia. Di Indonesia seks bebas mencapai 22,6% dan sebagian besarnya dilakukan oleh para remaja. Angka kasus aborsi mencapai 200 ribu kasus per tahun (Detik.com, 9/4/2009). Selama tahun 2008 tercatat ada 46.076 kasus perceraian yang ditangani oleh pengadilan agama di Indonesia. (Kompas, 22 Maret 2009 hal, 1.) Secara nasional berdasarkan data ILO, pada tahun 2002-2006 saja ditemukan sebanyak 165 ribu pelacur (Tempointeraktif, 8/2/2007). Sejak tahun 2004 sebanyak 4.348 kasus korupsi. (Jurnanasional.com, 9/12/2008). Kurang jahiliyyah bagaimana?


Bahkan Plato, salah seorang filsuf yang paling berpengaruh dipemikiran barat, sangat menentang sistem Demokrasi ! silahkan anda lihat sendiri penjelasan Plato mengenai demokrasi dalam foto dibawah ini.


Demokrasi adalah sistem terbaik didunia? dari mana? asas kedaulatan rakyat? kekuasaan tertinggi ada ditangan rakyat?

Ingat, semakin tinggi kekuasaan=Gaji/penghasilan semakin tinggi. Semua orang tau rumus itu. Tapi tak semua orang tau, seharusnya rakyatlah yang pantas mendapat penghasilan tinggi. Bukannya kekuasaan tertinggi ada ditangan rakyat? berarti seharusnya rakyatlah yang mempunyai penghasilan tinggi. Atau mungkin, rakyat yang dimaksud adalah rakyat yang sudah menjadi pejabat?

Salah seorang teman saya, Kemal Azzhardia, pernah menulis di status facebooknya.
Kalau terus menunjukkan kelemahan negara sendiri, kapan mau terlihat hebatnya negara ku?


Saya rasa, tak ada yang yang salah dengan status di atas. Tapi saya tetap memiliki catatan untukmu Kem. Sebuah negara tak akan menjadi hebat kalau tak mengetahui kelemahannya sendiri. 

Saya tak akan menulis panjang lebar lagi, gambar-gambar dibawah sudah cukup untuk mewakili apa yang akan saya tuliskan. Klik Gambar untuk memperbesar.

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca :)